INTERNASIONAL

Ghouta, Episode Pembantaian Umat Islam Belum Berakhir

Peristiwa mengerikan terjadi di Ghouta Timur Suriah, ada ratusan bayi, anak-anak kecil, para wanita, lebih dari 500 warga sipil terbunuh begitu juga dengan rumah-rumah, rumah sakit, mesjid dan madrasah dan bangunan lainnya hancur luluh lantah. Peristiwa tersebut terjadi akibat pengeboman besar-besaran dan membabi buta oleh rezim Bassar Asad sejak akhir pekan lalu. Dilansir oleh mediaumat.news, media resmi dan situs media sosial melaporkan foto-foto mengerikan akibat pemborbadiran, pembakaran dan pembasmian lebih dari 400.000 Muslim di Ghouta Timur Suriah.

 

Menurut observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), jumlah korban tewas dalam serangan keji selama tujuh hari meningkat menjadi 520 jiwa pada sabtu (24/2) waktu setempat. Warga sipil yang terluka mencapai lebih dari 2.500 orang di antara korban tewas 127 anak-anak dan 75 perempuan. Dan yang masih hidup, menurut laporan Al-Arabiya, Ahad (25/2) banyak yang tinggal di bawah tanah selama sepekan terakhir untuk menghindari pengeboman terus menerus dan mereka kehabisan bahan makanan dan air (Republika.co.id 26/2/2018).

Dari data SNHR (Syrian Network for Human Rights). Sejak serangan 14 Oktober 2017 silam hingga 24 Februari 2018, Asad telah menewaskan 1.121 warga sipil, sebanyak 281 adalah anak-anak dan 171 wanita. Adapun jumlah korban sejak aksi perlawanan rakyat Maret 2011 ada 12.763 jiwa. Sebanyak 1.463 adalah anak-anak dan 1.127 wanita. Bahkan Ghouta terpapar 46 kali serangan senjata kimia, sejak gerakan perlawanan rakyat 2011, Ghouta menjadi salah satu pusat perlawanan dan memiliki posisi strategis karena kedekatannya dengan ibukota Damaskus, karena itu kawasan ini diblokade oleh Asad sejak April 2013 bahkan acap diserang dengan meriam/roket.

Untuk kesekian kalinya, dunia bungkam menyaksikan umat Islam dibantai, termasuk pembantaian yang terjadi di Ghouta. Tidak ada suara para pemimpin, seolah tidak terjadi apa-apa. lembaga PBB dan lembaga-lembaga HAM mereka diam, demikian juga dengan para penguasa muslim. Padahal sudah jelas dengan firman Allah SWT : “Siapa saja yang membunuh satu orang, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia” (TQS. al-Maidah (5):32). Dan jika yang terbunuh adalah seorang muslim maka itu adalah peristiwa yang jauh lebih dahsyat di bandingkan dengan kehancuran dunia ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang muslim” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i).

Dari ratusan bahkan ribuan tragedi yang menimpa umat Islam diseluruh dunia, tragedi Ghouta bukan tragedi yang pertama bahkan mungkin bukan yang terakhir karena hingga kini tragedi pembataian umat Islam masih berlangsung seperti di Myanmar (Burma), di Xinjiang, Cina; Kashmir, India; di Afrika, Irak dan tentu di Palestina yang telah sekian puluh tahun menderita dijajah Israel.

Dengan banyaknya tragedi yang diderita umat diberbagai belahan dunia khususnya yang dialami kaum Muslim di Suriah saat ini, mengapa para penguasa muslim tidak bergerak untuk membela warga Suriah? Mengapa mereka tidak segera mengirimkan ratusan ribu tentaranya untuk menggempur pasukan rezim Bassar Asad? Mereka hanya mengecam dan mengutuk, sebagian lagi hanya diam seribu bahasa. Untuk menjaga kehormatan dan menolong kaum muslim tertindas dari semua tragedi yang menimpa umat Islam diberbagai belahan dunia ini, sangat membutuhkan penyelesaian tuntas masalah ini, tidak lain dengan mewujudkan kekuasaan Islam yang berlandaskan akidah dan Syariah Islam agar terjalinnya ukhuwah islamiyah yaitu dengan Khilafah dan jihad.  WalLah a’lam bi ash-shawab.

Ai Sri Hayani
Ibu Rumah Tangga

Artikel Terkait

Back to top button