SUARA PEMBACA

Kabinet Baru Amanah Baru

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan secara resmi menteri-menteri yang akan membantunya di kabinet. Kabinet ini diberi nama Kabinet Indonesia Maju. Perkenalan ini berlangsung di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019). Jokowi dan para calon menteri duduk lesehan. Kami ucapkan selamat wa innalillah kepada 38 aparat negara yang hari ini resmi dilantik sebagai pembawa amanah rakyat. Semoga kalian amanah.

Pejabat yang akan dilantik pastilah mereka memikul jutaan harap rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan kearah yang lebih baik, mengentaskan mereka dari kemiskinan yang entah kapan usai, dan dari jeratan kebodohan karena mahalnya pendidikan yang tak bisa mereka jangkau. Mengingat kinerja kabinet sebelumnya syarat dengan kecurangan, janji kampanye yang tak terpenuhi bahkan cenderung diktator kepada rakyatnya terkhusus umat Islam. Terbukti pemerintah mengeluarkan perpu yang menyudutkan Islam dan membungkam dakwah Islam namun banyak perpu yang justru pro dengan para kapitalis.

Rakyat sebenarnya masih terluka dan luka tersebut masih menganga. Luka tersebut digores oleh sang petahana. Namun dengan baiknya rakyat memberi sekali lagi kepercayaan kepada pemerintahan petahana berharap besar kepercayaan yang “diberikan” kedua kali ini tak lagi dihianati. Harapannya kabinet II Jokowi ini amanah, membawa perubahan hakiki kepada rakyat ini bukan malah menuruti para kapitalis dengan harap materi duniawi.

Karena jabatan itu adalah amanah yang pertanggungjawabannya sangat berat di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah, “Jabatan kelak pada hari kiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan, kecuali bagi orang yang dapat menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya.” (HR Muslim)

Sayangnya kita hidup di era kapitalisme di mana asas dari sistem ini adalah materialisme.

Prinsipnya bagaimana memperoleh keuntungan sebanyak – banyaknya dengan modal seminim mungkin. Pun termasuk dalam jabatan. Jabatan taklagi dipandang sebagai amanah namum sebagai ajang mengumpulkan materi (baca: kekayaan). Bayangkan saja untuk menjadi pejabat dana yang harus mereka keluarkan tidaklah sedikit, bisa ratusan juta bahkan milyaran. Tak heran saat menjabat mereka berfikir untuk balik modal. Sangat jarang sekali orang yang “tak punya modal” bisa menjadi pejabat kalau dia tak diusung oleh pemilik modal. Itulah sebabnya praktek korupsi, kolusi, suap, hingga nepotisme seperti mustahil diberantas. Pemimpin tak lagi pro rakyat, tapi membebek pada para kapitalis, karena jika mereka pro rakyat sangat mudah sekali diturunkan dari jabatannya. Akhirnya rakyatlah yang menjadi korban.

Wahai para pemegang urusan rakyat, amanahlah. Karena jabatan yang kau minta bisa menghinakanmu di akhirat atau membawamu lebih dekat kepara Allah.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad)

“Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah ) orang tua yang berzina, Penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim)

Tentunya masih banyak riwayat lain yang menyebutkan tentang ancaman Allah ta’ala terhadap para pemimpin yang menzalimi rakyatnya. Bentuk ancamannya pun tidak ada yang ringan, hampir seluruhnya mengingatkan akan besarnya dosa seorang pemimpin ketika dia berbuat zalim kepada rakyatnya. Apalagi ketika ia rela berbohong di hadapan rakyat demi mempertahankan jabatannya.

Maka dari itu kami sebagai rakyat menyeru kepada pemimpin kami untuk membawa kami kepada perubahan yang hakiki yakni dengan Islam bukan kapitalisme yang terbukti bobrok asasnya.

[Shita Ummu Isyarah]

Artikel Terkait

Back to top button