DAERAH

Orang Tua Petani Tembakau, Anak Ogah Merokok

Magelang (SI Online) – Muhaimin, pemuda asal Desa Candisari, Kecamatan Windusari, Magelang, Jawa Tengah, terlahir dari keluarga petani tembakau. Anehnya, ia mengaku tak suka dengan bau tembakau. Sehingga ia memutuskan untuk tidak ikut-ikutan bertani tembakau dan merokok seperti kebanyakan warga di tempatnya.

“Saya tidak tertarik dengan tembakau, karena mencium baunya saja sudah tidak enak,” kata Muhaimin dalam Talkshow “Berani Berhenti Merokok” yang digelar Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), secara virtual, Rabu, 16 Juni 2021.

Muhaimin sadar, secara kesehatan merokok juga merugikan dirinya. Dalam jangka panjang, ia mengaku menyaksikan orang tuanya yang sering batuk-batuk. “Itu yang menjadi motivasi saya untuk jauh dari tembakau,” lanjut dia.

Sebagai pemuda desa, Muhaimin lantas mancari alternatif tanaman selain tembakau untuk dibudidayakan. Hingga akhirnya ia memilih untuk menanam ubi jalar. Selama ini ubi jalar ditanam setelah petani memanen tembakau. Ia berpikir mengapa tidak ubi jalarnya saja yang dibudidayakan.

“Di tembakau banyak kartel, petani menjadi pihak yang paling dirugikan,” ujar Muhaimin saat ditanya mengapa tidak bertani tembakau sebagaimana orang tuanya.

Menurut Muhaimin, budidaya dan menjadi pengusaha ubi jalar lebih menguntungkan. Ubi jalar bukan hanya bisa dijual dalam bentuk mentah, tetapi juga bisa diolah sehingga harga produknya lebih mahal.

“Banyak makanan yang bisa dibuat dari ubi. Kue putri mandi, kue talam, contohnya,” kata dia.

Sementara itu berdasarkan hasil kajian MTCC UNIMMA penggunaan rokok di masyarakat, terutama usia anak-anak dan remaja menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi perokok usia 10-18 mencapai 9,1% – angka itu naik dari 7,2% pada tahun 2013. Bukan hanya itu, hasil penelitian juga menunjukkan 32,1% siswa Indonesia di rentang usia 10-18 tahun pernah mengonsumsi rokok.

“Saat ini lebih dari 32% dari total populasi Indonesia adalah perokok aktif. Jadi kalau saat ini kisaran penduduk Indonesia adalah 260 jutaan, maka jumlah perokok aktifnya tidak kurang dari 78 juta,” kata Ketua MTCC UNIMMA Retno Rusdjijati dalam keterangannya.

Dari persentase itu, kata Retno, jika dielaborasi lebih dalam maka dua dari tiga laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok aktif.

“Dari sisi jumlah perokok anak dan remaja, lebih miris lagi, sebab tingkat prevalensi merokok di kalangan remaja dan anak mencapai lebih dari 8%,” kata dia.

Karena itulah MTCC UNIMMA mendorong tegas Pemerintah Indonesia pada industri rokok. “Tujuan global HTTS tahun 2021 ini adalah Commit to Quit, meraih komitmen 100 juta perokok berhenti merokok untuk menjawab tantangan pandemic Covid-19,” kata Retno.

red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button