MUHASABAH

Pemimpin Bertakwa

Pemimpin dalam Islam haruslah memiliki rasa takut dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala, serta hatinya selalu terpaut kepada Allah yang dengannnya akan menghindarkan dirinya dari berlaku zalim terhadap rakyatnya. Dan ia pun menyadari begitu besar tanggung jawab dan dampak dari setiap keputusan yang diambilnya.

Bahkan sekaliber Umar bin Abdul Aziz pun tidak sengan-sengan mendatangi beberapa ulama untuk meminta nasihat, ketika dirinya diangkat menjadi seorang khalifah pada saat itu.

Kepemimpinan seorang pemimpin tidak boleh dipisahkan dari keimanan dan pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT Kelak. Karena dalam Islam sendiri tidak mengenal adanya pemisahan antara urusan agama dan urusan dunia seperti yang dianut paham sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Mereka menganggap agama hanya mengatur urusan individu tidak dengan masalah bermasyarakat dan negara.

Lahirnya sosok pemimpin yang bertakwa dan berakhlak mulia adalah harapan dan dambaan bagi masyarakat dan itu tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Kemaslahatan sebuah negara akan terjaga apabila pemimpinnya takut kepada Allah SWT. Sosok pemimpin harus memilik sifat Pertama, shiddiq artinya bisa dipercaya. Kedua, tabligh artinya kemampuan menyampaikan kebenaran. Ketiga, amanah artinya bertanggung jawab atas amanah yang diembannya. Keempat, fathanah artinya cerdas dalam artian mampu menjalani kekuasaan secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariah.

Sosok pemimpin yang bertakwa dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya. Dia tidak akan membiarkan rakyatnya terzalimi dibawa kepemimpinannya. Layaknya Umar bin Khatab yang tidak bisa tidur dan melakukan ronda malam untuk memastikan tidak ada rakyatnya yang kelaparan. Karena ia tahu bahwa ia harus bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Seperti yang diterangkan dalam hadits Rasulullah saw yang artinya

“Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) itu merupakan perisai, tempat orang-orang beperang di belakangnya dan berlindung dengannya.” (HR al-Bukhari)

Kepemimpinah dalam skala bernegara adalah amanah untuk mengurus rakyat. Hadits Rasulullah Saw: “Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR al-Bukhari dan Ahmad).

Dalam hadits tersebut jelas bahwa sebagai para pemimpin yang diserahi wewenang untuk mengurus kemaslahatan rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT di hari akhir. Mengurusi kemaslahatan rakyat yang merupakan amanah seorang pemimpin tentu harus sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang suatu perkara, kembalikanlah perkara itu ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (as-Sunnah)…”(TQS al-Nisa’ [4]: 59).

Maka dengan itu amanah untuk mengurus semua kemaslahatan rakyat tidak boleh didasarkan pada aturan-aturan manusia seperti yang terjadi saat ini yang dominan mengikuti hawa nafsu dan kepentingan sesaat. Allah SWT jelas mencela segala tindakan yang berumber dari hawa nafsu.

Allah SWT telah menurunkan syariah-Nya sebagai pedoman mengatur urusan manusia demi kemaslahatan mereka. Maka suatu kewajiban bagi kita terikat dengan seluruh syariah-Nya dan haram mengikuti hawa nafsu. Firman Allah SWT: “Bersabarlah kamu untuk melaksanakan hukum Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti para pendosa atau kaum kafir di antara mereka.” (TQS al-Insan [76]: 24)

Dan firman Allah SWT: “Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka dengan wahyu yang telah Allah turunkan dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka. Waspadalah engkau terhadap fitnah mereka yang hendak memalingkan engkau dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu.” (TQS al-Maidah [5]: 49).

Jelaslah bahwa pemimpin yang amanah hanyalah pemimpin yang selalu bersandar pada syariah Islam yang merupakan wujud dari ketakwaan. Pemimpin yang benar-benar menerapkan dan menjalankan syariah Islam secara kaffah dalam mengurus urusan rakyatnya. Dan sosok pemimpin seperti ini hanya bisa terwujud hanya dalam sistem Islam. Pemimpin yang cinta kepada rakyatnya dan rakyatpun mencintainya. Wallahu a’lam bishshawaab.

Aisy Mujahidah Ummu Azzam
(Pegiat Revowriter dan MemberWritingClassWithHas)

Artikel Terkait

Back to top button