REMAJA

Shalat dan Kebangkitan Generasi

Kekhawatiran banyak pihak, terhadap degradasi moral generasi bukanlah isapan jempol. Kuantitas siswa yang dekat dengan begadang malam, merokok, pornografi, pergaulan bebas, konsumsi miras dan narkoba semakin meroket. Dugaan penulis ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga merambah ke tingkat desa memang terbukti. Permasalahan siswa seperti di atas nampak ada di depan mata penulis.

Begadang malam sekedar kongkow sekarang menjadi trend di kalangan siswa. Bagi yang tidak ikut berpartisipasi dianggap tidak gentle. Siswa yang seharusnya mengisi waktu malam untuk mempersiapkan sekolah besok, ternyata pulang ke rumah paling cepat jam 10 malam. Bahkan tak jarang begadang sampai jam satu malam. Pulang ke rumah ngantuk langsung tidur. Bangun tidur kesiangan dan keadaan terpaksa berangkat ke sekolah. Acapkali datang dalam keadaan terlambat. Di kelas mata masih mengantuk, akibatnya tidak konsentrasi menerima pelajaran. Bawaan mata berat dari rumah menyebabkan sering tertidur di kelas bahkan saat ulangan.

Tak hanya itu, kemudahan akses informasi dari HP Android malah menjadikan siswa keblinger. Akses konten pornografi menjadi incaran. Tak hanya konsumsi pribadi tetapi ternyata di share tanpa ada rasa bersalah. Bayangkan gambar bahkan video porno di share ke grup Whatsapp kelas yang notabene ‘grup umum”. Bahkan yang menyedihkan anggota grup memberikan komentar dengan kata-kata vulgar tanpa ada rasa malu. Seakan-akan anggota grup kelas sudah sepemikiran dan sepemahaman. Mirisnya sebagian dari orang tua lepas kontrol, bahkan ada yang tidak mampu mengendalikan lagi tingkah anaknya sendiri. Sehingga membiarkan kondisi ini selama tidak ‘mengganggu dan mencuat’.

Konseling diupayakan untuk mengatasi permasalahan siswa. Tetapi ketika ditanyakan lagi ke siswa bersangkutan selang beberapa minggu, kejadian yang sama tetap dilakukan. Artinya nasihat selama konseling bagi siswa sekadar angin lalu. Hanya masuk telinga kiri dan keluar lagi. Nasihat tidak mampu dicerna hingga tidak membawa pada perubahan. Hal-hal negatif seakan berurat akar sehingga sulit untuk dihilangkan. Satu hal yang menjadi kesimpulan penulis saat konseling, siswa-siswa yang bermasalah tersebut kesemuanya sering meninggalkan shalat.

Ya shalat. Salah satu pilar penegak agama, begitu mudah ditinggalkan siswa. Dalam sehari kadang hanya menunaikan satu waktu shalat, bahkan blas sama sekali. Meninggalkan shalat tanpa ada rasa bersalah karena teman dan keluarganya juga banyak yang serupa. Bahkan ada rasa malu untuk shalat karena sering diolok-olok sesama mereka dengan kata-kata seperti “cie-cie..tobat-tobat” atau sejenisnya.

Permasalahan di atas mengingatkan penulis dengan kisah agung yang dicatat tinta emas sejarah. Kisah Muhammad al Fatih dan pasukannya. Mulai abad ke-6 para sahabat Rasulullah Saw berupaya untuk menaklukan Konstantinopel seperti yang di basyirahkan oleh Rasulullah Saw. Upaya ini bertujuan semata-mata untuk menyebarkan risalah Islam. Beliau bersabda, “Kota konstantinopel akan jatuh ke tangan kaum muslim. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”. (HR. Ahmad bin Hambal).

Konstantinopel saat itu merupakan ibu kota dari negara super power yang memiliki benteng legendaris yang tidak pernah tertembus musuh sebelumnya.

Muhammad al Fatih dan pasukannya ternyata mampu menaklukan Konstantinopel delapan abad setelahnya, tepatnya tahun 1453 M. Ada sisi menarik terkait penaklukan ini. Basyirah Rasulullah Saw bahwa Konstantinopel hanya mampu ditaklukkan oleh pemimpin dan pasukan terbaik memang terbukti. Ternyata pasukan di bawah komando Muhammad al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak akil baligh. Bahkan setengah dari pasukannya tidak pernah meninggalkan shalat rawatib. Muhammad al Fatih sendiri patut digelari pemimpin terbaik. Sejak akil baligh, selain tidak pernah meninggalkan shalat wajib, beliau juga tidak pernah meninggalkan shalat rawatib bahkan shalat tahajud. Wooow….

Senjata Muhammad al Fatih dan pasukannya dalam menaklukan Konstantinopel tidak hanya mengandalkan kekuatan dan strategi militer, tetapi taqarrub dan keshalihan kepada Rabb semesta alam. Mereka adalah generasi terbaik yang mengutamakan dan menjaga shalat. Ketakwaan kepada Allah lah yang mengantarkan mereka layak digelari sebagai pasukan terbaik. Mereka menyadari tiada kekuatan selain bersumber dari Allah.

Muhammad al Fatih tidak hanya memiliki kecerdasan spiritual tetapi kecerdasan emosional. Terbukti ketakutan orang-orang Nashrani ketika Islam berkuasa dan menghalangi mereka beribadah, dijawab dengan kebijaksanaan Muhammad al Fatih. Beliau membebaskan orang-orang Nashrani beribadah sesuai agamanya tanpa ada pemaksaan untuk memeluk Islam.

Sejarah pun mencatat betapa aman dan terlindungnya kaum Nashrani ketika Islam berkuasa. Tak hanya itu Muhammad al Fatih juga memiliki kecerdasan intelektual. Beliau menguasai dengan baik sains, matematika, strategi militer. Beliau mampu menguasai enam bahasa seperti Arab, Turki, Persia, Latin, Ibrani dan Yunani. Ini terjadi saat beliau baru berusia 21 tahun.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button