INTERNASIONAL

Taliban: Amerika Langgar Perjanjian Doha

Kabul (SI Online) – Taliban menyebut Amerika Serikat (AS) telah melanggar kesepakatan damai yang ditandatangani keduanya di Doha pada 2020. Tuduhan Taliban ini karena AS memasukkan Menteri Dalam Negeri Sirrajudin Haqqani dalam daftar teroris.

Menteri baru, yang merupakan bagian dari Jaringan Haqqani, telah dituduh melakukan serangan terhadap pasukan AS di Afghanistan selama 20 tahun perang. AS menyiapkan hadiah lima juta dollar bagi pembunuh Haqqani. Dia juga dimasukkan dalam daftar teroris PBB.

Baca juga: Tenteng Senjata, Tokoh Taliban yang Pernah Dihargai AS Rp72 Miliar Muncul ke Publik

Beberapa anggota kelompok lainnya, termasuk penjabat Perdana Menteri Mullah Mohammad Hassan Akhund, juga masuk daftar hitam internasional.

“Pejabat Pentagon telah mengatakan bahwa beberapa anggota kabinet Imarah Islam atau anggota keluarga almarhum Haqqani Sahib berada di daftar hitam AS dan masih menjadi target,” kata sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri pada Rabu malam (8/9/2021).

“Imarah Islam menganggap ini sebagai pelanggaran yang jelas terhadap Perjanjian Doha yang bukan untuk kepentingan Amerika Serikat atau Afghanistan,” kata pernyataan itu, merujuk pada perjanjian yang ditandatangani di Doha, ibukota Qatar.

Kesepakatan itu membuka jalan bagi penarikan pasukan asing pimpinan AS dengan imbalan jaminan dari Taliban untuk tidak mengizinkan kelompok-kelompok seperti Al-Qaeda dan ISIL beroperasi di tanah Afghanistan.

Pernyataan Taliban muncul karena AS dalam kesepakatan Doha berjanji untuk menghapus anggota Taliban dari sanksi internasional.

Dilaporkan dari Kabul, Charlotte Bellis dari Al Jazeera mengatakan pernyataan itu menyusul komentar pejabat Pentagon kepada media bahwa anggota keluarga Haqqani masih menjadi target yang sah dan tetap masuk daftar hitam AS.

“Taliban mengatakan ini sangat provokatif, mengutuknya, mengatakan bahwa anggota keluarga Haqqani harus segera dikeluarkan dari daftar sanksi AS. Mereka mengatakan akan terus menuntut itu,” kata Bellis.

“Sejumlah keluarga Haqqani adalah bagian dari pemerintah baru dan mereka sangat kecewa. Mereka mengatakan mereka menginginkan hubungan positif dengan AS. Dan mereka sangat kecewa melihat beberapa pemimpin tertinggi mereka tetap menjadi target yang sah.”

Red: Agusdin/Aljazeera

Artikel Terkait

Back to top button