NUIM HIDAYAT

Terima Kasih Ibu dan Bapak yang Telah Mendidikku

Alhamdulillah aku dikaruniai Bapak dan Ibu yang saleh. Bapak telah meninggal dunia tahun 2003 lalu. Usianya sekitar 63 tahun.

Banyak kenangan pada Bapak. Ia orangnya pendiam, tapi selalu berpikir. Ia multi talenta. Ahli dalam menggambar, bisa tukang, fotografer dan lain-lain.

Bapak mendidik anak-anaknya dengan banyak diam. Hanya mengarahkan saja. Tapi kalau anaknya melakukan kesalahan, ia akan koreksi. Bahkan dengan ‘sangat keras’.

Suatu saat aku tidak Jumatan di Masjid at Taqwa, masjid yang dekat rumah. Alasannya karena waktu itu, Kiaiku (Kiai Sadili) menyatakan bahwa masjid at Taqwa tidak benar, karena ada tembok pemisah di samping yang dibangun memisahkan shaf.

Karena pak Kiai omong begitu, aku akhirnya Jumatan ke Masjid Muntaha yang agak jauh dari rumah. Bapakku tahu itu. Kemudian ia menegur aku dan menggoyangkan kepalaku.

Pernah juga karena aku sering was-was dalam berwudhu, akhirnya ia menulis ‘surat an Naas’ di kamar mandi.

Ketika aku kuliah, Bapak pernah mengirim surat kepadaku. Ia menyemangatiku untuk terus semangat mencari ilmu dan menasihatkan surat ‘alam nasyrah’ yang berbunyi (artinya): “Maka bila selesai suatu urusan, kerjakanlah urusan lainnya dan kepada Tuhanmu kamu mengharap.”

Begitulah cara Bapak mendidik anaknya. Ia memberi kemerdekaan pada anaknya. Ia hanya mengarahkan, kalau salah ia koreksi.

Bapak rajin membaca. Saking senengnya baca, ia berlangganan majalah Panji Masyarakat dan Al Muslimun saat itu. Majalah Panjimas yang dikomandoi Hamka, memang isinya banyak menarik. Karena saya masih kecil saat itu, yang adalah cerita bersambung di majalah Panjimas. Yaitu cerita tentang Ali Topan Santri Jalanan yang dikarang oleh ‘Teguh Esha’.

Karena ia berbakat seni, Bapak coba membuat kolam di depan rumah dengan patung kodok kecil di dekatnya. Bapak juga pernah menggambar gadis penari Bali di depan rumah. Tapi lukisan itu akhirnya dihapusnya diganti dengan ‘batik biasa’.

Bapak kalau membaca sungguh-sungguh. Ia tandai kalimat menarik yang ia baca dengan pulpen atau pensil.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button