RESONANSI

“The Three Musketeers Party”

Novel sejarah Prancis “The Three Musketeers” karya Alexander Dumas ini sungguh sangat menginspirasi.

Di sampul depan buku tebal nyaris 900 halaman ini yang paling menarik perhatian ada motto narasi “satu untuk semua, semua untuk satu”. Apa maksudnya?

Ketika niat sudah ditorehkan bersama, maka semangat dan sikap perjuangan dan kejuangannya telah bersama pula dipancangkan dan diteriakkumandangkan.

Berharap dan bercita-cita membawa ideologi gagasan angin perubahan Indonesia baru secara niscaya dan nyata. Narasi motto Sang Tiga Pendekar Pedang Laras Panjang (Muskets) ini sepertinya pantas dan layak disematkan berpadanan dengan tiga partai ini di negeri kita: Partai Nasdem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.

Mereka tengah memaksimalkan upaya partai masing-masing untuk bersatu berkoalisi mencapai satu kata kebulatan tekad politik: “satu untuk semua, semua untuk satu” itu.

Pijakan dasar koalisi kebersatuan ini harus dan wajib dipedomani, dikarenakan sungguh sangat berat perjuangan dan kejuangan ketiga partai pejuang ini bakal menasbihkan diri mereka itu kelak dalam mengemban misi suci untuk melawan kekuatan sangat luar biasa partai oligarki:

Ada yang retak sedikit saja atas kebersatuan mereka, maka efek likuifaksinya akan merapuhkan, bakal menenggelamkan dan menghancurkan perjuangan dan kejuangan kebersatuan mereka. Bahkan, seperti peribahasa berujar ada “nila setitik” maka akan “rusak susu sebelanga”.

Karena berperang dalam kancah dunia politik yang dikatakan penuh dinamika perubahan itu sesungguhnya tidak saja sangat sarat godaan dan penuh intrik.

Bahkan, yang paling berbahaya, adalah kemudian kemunculan “X Faktor” yang lazim berupa agitasi, friksi, kebohongan, keperselingkuhan dan fitnah menjadi penyebab meruncing dan melebarnya perpecahan itu.

Terlebih, dalam menghadapi kekuatan partai oligarki itu, tidak saja secara “godaan rayuan hirarki politik” atas kekuasaan yang ditawarkan itu.

Tetapi, di balik itu semua, ada juga kekuatan Super Power lain yang lebih hegemonik, sungguh takkan terelakkan untuk ketiganya bila “tipis iman” akan sangat mudah terjerumuskan menghadapi godaan dan gangguan permainan “biggest payment money politic” yang dimainkan oleh para oligarki korporasi konglomerasi yang sudah berada di belakang, siap siaga menjaga dan mengawal persekutuannya dengan partai oligarki itu—yang ntahlah mengkoneksi juga ke persekutuan ke jejaring agregasi ekonomi-politik global dan mondial asing, pilihannya kalau tidak RRC, ya pasti Amerika Serikat.

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button