AKHLAK

Waspada Fitnah Harta dan Kekuasaan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

غالب الخلق إنما يسلمون من فتنة الفسوق والعصيان، إذا لم يبتلوا بكثرة المال وعزة السلطان.

“Kebanyakan orang hanya bisa selamat dari fitnah perbuatan fasiq dan maksiat jika mereka tidak diuji dengan banyaknya harta dan kekuasaan.” Jami’ul Masail, jilid 9 hlm. 53

“Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah Shallallahu a’laihi wassalam mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi Shallallahu a’laihi wassalam tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasulullah Shallallahu a’laihi wassalam, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?”. Mereka menjawab: ”Betul wahai Rasulullah”. Rasulullah Shallallahu a’laihi wassalam bersabda:” Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat.

Kegemaran main dan beraktifitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.

Yang paling parah dari fitnah harta bagi para da’i adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.

Rasulullah Shallallahu a’laihi wassalam dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

مَا كَانَ لِنَبِىٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ۥ ٓ أَسْرٰى حَتّٰى يُثْخِنَ فِى الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْءَاخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di Bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal: Ayat 67)

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button