SUARA PEMBACA

Presiden Kader Partai

“Jadi kalau ada perlombaan, kalau ada yang tanya Jokowi itu kader partai siapa? Partai nomor 1, NasDem!” kata Surya Paloh dalam sambutannya pada acara pembukaan Sekolah Legislatif NasDem, di Akademi Bela Negara (ABN) NasDem, Pancoran, Jakarta Selatan. (Republika, 16/7/19).

Nasdem adalah satu diantara partai pendukung Jokowi yang terbilang loyal. Mulai pilpres 2014 hingga 2019, mereka setia mendampingi Jokowi ke tampuk kekuasaan. Nasdem diresmikan pada tahun 2011 dengan Surya Paloh sebagai ketua umumnya. Partai ini terbilang baru berjalan 8 tahun di pusaran politik. Nasdem juga dikenal sebagai partai yang paling banyak menjaring kalangan artis menjadi calon legislatif.

Sebagai partai muda, dukungan Nasdem ke Jokowi cukup berdampak bagi elektoral partai. Tak heran bila Surya Paloh memuji Jokowi sebagai kader Partai Nasdem. Mereka pun siap memberikan kader terbaik untuk kabinet kerja jilid II Jokowi-Ma’ruf. Setelah Jokowi-Ma’ruf memenangkan kontestasi, partai-partai pendukung mulai berebut kursi.

Menyinggung soal ungkapan Surya Paloh tentang Jokowi Kader Nasdem. Meski bermakna konotasi, rasanya tak etis menyebut Kepala Negara sebagai seorang kader partai. Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai ‘pemihak’ dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut. (wikipedia.org) Istilah kader sangat lekat dengan partai politik. Kader merupakan simpatisan yang berasas dan bertujuan sama dengan institusi organisasi yang membinanya. Sebelumnya, pada tahun 2018 Megawati juga pernah menyampaikan bahwa Jokowi adalah petugas partai. Semua anggota PDIP adalah petugas partai tak terkecuali Presiden.

Jika ada penilaian bahwa Presiden adalah kader ataupun petugas partai, hal ini mengisyaratkan tupoksi kepemimpinannya berpotensi terbelenggu kepentingan. Pemimpin yang dianggap kader partai juga sangat mungkin mudah disetir. Dalam demokrasi, adalah lumrah adanya politik balas budi. Engkau menang, harus siap menampung pesanan. Engkau menang, harus siap berbagi kursi jabatan.

Pemimpin itu dipilih rakyat untuk menjalankan mandat rakyat. Pemimpin dipilih untuk mengutamakan kepentingan rakyat diatas partai dan golongan. Namun, bila pemimpin disebut kader atau petugas partai, hal itu berarti tak bebas intervensi. Selalu terjebak pada politik transaksional. Asas kemanfaatan sangat terasa dalam demokrasi. Dukungan pun tidak gratis. Harus ada imbalan dan jasa.

Sejatinya menjadi pemimpin itu amanah rakyat. Kelak dipertanggungjawabkan di akhirat. Pemimpin sejatinya kader (baca: hamba) Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan kader manusia. Tugasnya adalah melayani umat, bukan pejabat. Fungsinya adalah menjaga umat dari maksiat, bukan berbuat mungkar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya (kepemimpinan)itu adalah amanah. Pada hari kiamat ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi mereka yang menunaikan amanah tersebut sesuai haknya dan menjalankan kewajibannya.” (HR Muslim).

Karena pemimpin adalah kader yang Allah siapkan, maka tujuan kepemimpinannya adalah untuk menegakkan agama dan mengatur dunia dengan agama. Melaksanakan kewajiban amar makruf nahi mungkar sebagaimana yang Allah perintahkan. Para sahabat Nabi saw tak pernah berlomba menjadi pemimpin, tapi mereka berlomba menjadi hamba terbaik di hadapan RabbNya. Saat menjadi pemimpin, mereka tak jumawa. Justru makin qana’ah. Sebab, mereka menyadari kepemimpinan adalah hal yang paling berat hisabnya. Semoga Allah hadirkan pemimpin yang cinta dan taat pada Allah dan Rasul-Nya. Memuliakan ajaran-Nya serta menerapkannya sebagai aturan hidup manusia.

Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Artikel Terkait

Back to top button