108 Tahun Setelah Deklarasi Balfour, Inggris Akhirnya Akui Negara Palestina

Layla Moran, anggota parlemen Inggris keturunan Palestina pertama, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa “ketidakadilan yang telah berlangsung selama puluhan tahun kini telah diperbaiki”.
“Ini adalah langkah kecil, cara kita melihatnya adalah sebagai awal dari sebuah perjalanan,” katanya. “Yang penting sekarang adalah langkah ini benar-benar diterjemahkan menjadi perubahan nyata di lapangan.”
“Seharusnya kita tidak perlu menunggu terjadinya genosida untuk sampai pada titik ini,” tambah Moran.
Pejabat Israel menyerukan aneksasi Tepi Barat
Dalam reaksi pertamanya terhadap pengakuan kenegaraan Palestina, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai “hadiah” untuk Hamas.
“Dan saya punya pesan lain untuk kalian: Itu tidak akan terjadi. Negara Palestina tidak akan didirikan di sebelah barat Sungai Yordan,” kata Netanyahu, seraya menambahkan bahwa tanggapan resmi Israel akan disampaikan setelah ia kembali dari kunjungan ke Amerika Serikat pekan ini.
Para menteri sayap kanan Israel bereaksi dengan menyerukan Netanyahu untuk segera melanjutkan aneksasi Tepi Barat, yang mereka sebut sebagai Yudea dan Samaria.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyebut pengakuan ini sebagai hadiah bagi Hamas dan menuntut tindakan segera. “Saya bermaksud mengajukan proposal pada rapat kabinet mendatang untuk segera menerapkan kedaulatan Israel,” ujarnya.
Menteri Urusan Negev dan Galilea, Yitzhak Wasserlauf, anggota partai Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) pimpinan Ben-Gvir, bahkan melangkah lebih jauh dengan mengatakan: “Tanah Israel sepenuhnya milik bangsa Israel—tidak ada rakyat Palestina dan tidak ada negara Palestina.”
Presiden AS Donald Trump menyatakan penentangannya terhadap pengakuan ini saat kunjungan kenegaraan ke Inggris pekan lalu dan dalam pertemuan dengan Starmer, dengan mengatakan bahwa masalah ini adalah salah satu dari “sedikit perbedaan” antara mereka.
Pada Senin, Prancis dan Arab Saudi akan bersama-sama menjadi tuan rumah konferensi satu hari di markas PBB di New York untuk mendorong solusi dua negara bagi Israel dan Palestina.
Jurnalis Al Jazeera, Hamdah Salhut, melaporkan bahwa Netanyahu berencana bertemu Trump dan sekutu lainnya selama kunjungannya ke AS untuk membahas kemungkinan respons terhadap pengakuan ini, termasuk penutupan kedutaan besar dan konsulat, serta langkah diplomatik lainnya.
Namun, “aneksasi Tepi Barat telah menjadi tujuan utama sayap kanan Israel sejak mereka berkuasa di bawah Benjamin Netanyahu,” kata Salhut, seraya menambahkan bahwa pengakuan ini justru bisa menjadi katalis bagi tujuan tersebut meski ada tekanan dan kecaman internasional. []
Sumber: Al Jazeera