#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

147 Warga Gaza Meninggal Kelaparan, Termasuk 88 Anak-anak

Gaza (SI Online) – Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sebanyak 14 warga Gaza, termasuk dua anak-anak, kembali gugur akibat kelaparan dan malnutrisi parah dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, jumlah korban jiwa akibat kelaparan sejak dimulainya blokade total meningkat menjadi 147 orang, termasuk 88 anak-anak yang sebagian besar meninggal karena tubuh mereka tak mampu bertahan dalam kondisi kekurangan gizi ekstrem.

Dalam pernyataan singkat yang dirilis pada Senin (28/7), Kementerian menyebutkan bahwa para korban meninggal dunia di berbagai rumah sakit di Jalur Gaza, di tengah memburuknya krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh penutupan total penyeberangan dan blokade ketat oleh pasukan pendudukan Israel.

Sejak 2 Maret 2025, Israel memperketat pengepungan dengan menutup semua pintu masuk bantuan kemanusiaan dan logistik ke Gaza, termasuk bahan pangan, medis, dan bahan bakar. Kebijakan ini menimbulkan bencana kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama di kalangan anak-anak dan lansia, yang menjadi kelompok paling rentan.

Satu per satu anak-anak meninggal dalam pelukan keluarganya, tak karena peluru atau bom, tetapi karena perut kosong dan tubuh yang melemah. Tangisan ibu-ibu di ruang gawat darurat tak lagi memecah keheningan, melainkan menjadi suara yang mulai dianggap biasa dalam blokade yang telah menjerat Gaza selama lebih dari empat bulan berturut-turut.

Para pengamat hak asasi manusia menyebut kondisi ini sebagai bentuk kejahatan perang dan genosida sistematis, di mana kelaparan dijadikan senjata untuk mematahkan daya tahan rakyat Gaza. Dunia internasional sejauh ini masih bersikap pasif, meski penderitaan terus bertambah hari demi hari.

Kementerian Kesehatan Palestina kembali menyerukan kepada komunitas internasional, organisasi kemanusiaan, dan lembaga PBB untuk segera bertindak menghentikan kekejaman ini dan membuka akses bantuan secara penuh dan tanpa syarat.

“Setiap hari berlalu, adalah hari di mana seorang anak mungkin kehilangan nyawanya bukan karena senjata, tetapi karena roti yang tak pernah datang,” tulis pernyataan itu.

sumber: infopalestina

Artikel Terkait

Back to top button