OPINI

75 Tahun Mosi Integral Natsir: Saatnya Satukan Langkah, Jangan Ribut Berkepanjangan

Dalam memperjuangkan Mosi Integralnya, Mohammad Natsir menyadari perbedaan pemikirannya dengan Soekarno, bahkan dengan Mohammat Hatta sekali pun. Berkali-kali Mohammad Natsir terlibat polemik melalui media massa dengan Soekarno tentang hubungan ideal antara Islam dengan negara. Tetapi, perbedaan dan perdebatan ilmiah itu tidak menghilangkan pandangan objektifnya tentang potensi dan peran Soekarno-Hatta dalam mewujudkan kemerdekaan dan mempersatukan NKRI.

Dengan kata lain, Natsir adalah sosok teladan, yang mendahulukan kepentingan bersama sebagai satu negara bangsa yang baru merdeka. Kini, setelah 75 tahun berlalu, jiwa dan makna Mosi Integral Mohammad Natsir ini perlu digaungkan secara besar-besaran.

Alangkah bijaknya jika pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menetapkan 3 April sebagai Hari NKRI, sebagaimana diusulkan oleh Wakil Ketua MPR RI Dr. Hidayat Nur Wahid dan banyak tokoh bangsa lainnya. Kita memerlukan sosok-sosok yang patut diteladani dalam mengokohkan bangunan kita sebagai satu bangsa.

Syarat berdiri dan kokohnya satu bangsa adalah adanya keinginan untuk hidup dan membangun cita-cita bersama. Sesama warga bangsa perlu saling menghormati dalam perbedaan; saling tolong menolong dalam kebaikan; dan bekerjasama untuk meraih cita-cita mulia, sebagaimana digariskan dalam Pembukaan UUD 1945: mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia!

Perbedaan jangan sampai menjadikan kita hancur berantakan. Fokus pada masa depan dan tujuan! Kita berdoa, semoga kita dapat meneladani dan melanjutkan perjuangan Mohammad Natsir dalam mewujudkan keutuhan dan kemaslahatan umat dan bangsa kita. Aamiin.[]

Bojonegoro, 3 April 2025

Dr. Adian Husaini, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button