Dahsyatnya Sakaratul Maut
Tidak pernah kita sadari bahwa kelak kita semua pasti mengalami kematian, sebuah pelajaran yang teramat dasyat yang mampu membangkitkan semangat tobat dan beramal shalih demi meraih ampunan dari Zat Yang Maha Pengampun yaitu Allah Ta’ala.
Sakaratul maut menjelang kematian sebuah kepastian, dialami seluruh makhluk, hewan sekalipun mengalaminya padahal hewan tidak pernah melakukan dosa yang berat yang dilakukan dan dialami oleh manusia, lalu bagaimana dengan manusia yang bertumpuk dosa dengan sakaratul mautnya nanti.
Proses kematian yang terjadi atas diri seseorang adalah bentuk muhasabah intropeksi diri bagi orang yang masih hidup, sebuah zikrul maut yang tiada orang mampu bertobat kecuali mereka yang Allah Ta’ala beri hidayah dan pelihara ke imanannya.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا وُضِعَتِ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ.
Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan hadits bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ketika jenazah seseorang telah diletakkan dan diusung oleh sekelompok laki-laki di atas pundak-pundak mereka, jika jenazah itu adalah hamba yang shalih ia akan berkata, ‘Percepatlah’ sedangkan jika jenazah itu adalah bukan orang yang shalih ia akan berkata ‘Celakalah, kemana kalian akan membawanya?’ Suara ini akan terdengar oleh segala sesuatu kecuali manusia. Kalau saja suara ini terdengar oleh manusia, pasti mereka akan pingsan karenanya.” (HR. Al-Bukhari No.1314)
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya”
Allah Ta’ala, berfirman:
كَلَّآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِىَ
“Tidak! Apabila (nyawa) telah sampai ke kerongkongan,” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 26)
وَقِيلَ مَنْ ې رَاقٍ
“dan dikatakan (kepadanya), Siapa yang dapat menyembuhkan?” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 27)
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ
“Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia),” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 28)
وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ
“dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 29)
إِلٰى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
“kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 30)
فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلّٰى
“Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al-Qur’an dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan sholat,” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 31)
وَلٰكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى
“tetapi justru dia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran),” (QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 32)
Syaikh Sa’di menjelaskan: “Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan.
Karena itu Allah berfiman: “Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang akan menyembuhkan?” artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta’ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya.
Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan”. (Taisir Al Karimi Ar Rahman Fi Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833.)
Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang shalih. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia