Antara Avtur dan Harga Tiket Pesawat
Presiden Joko Widodo buka suara soal polemik harga avtur yang dinilai mahal karena monopoli oleh PT Pertamina (Persero) di Bandara Soekarno Hatta.
Jokowi menyebut harga avtur yang dijual Pertamina di Bandara Soekarno-Hatta memiliki selisih hampir 30% dengan harga avtur yang dijual di bandar udara lain. Rencananya, Jokowi akan memanggil para pimpinan Holding BUMN Migas ini besok ke Istana. Menurutnya, harga avtur harus sama dengan negara lain.
Tidak hanya itu, agar ada kompetisi, Jokowi juga berencana memasukkan pemain swasta untuk menjual avtur di bandara.
Menurut Jokowi, persoalan ini sudah cukup menganggu para pengusaha. Apalagi, harga avtur yang kelewat tinggi juga secara langsung mengerek harga tiket pesawat. (CNBCIndonesia).
Solusi presiden atas tingginya harga avtur dengan mengundang pihak swasta dalam pengadaan avtur agar penentuan harga avtur tidak dimonopoli oleh pihak PT pertamina, menunjukkan bahwa pengelolaan ekonomi Indonesia saat ini adalah menggunakan konsep ekonomi kapitalistik neoliberalis.
Dalam ekonomi kapitalis, seluruh kebijakan diserahkan pada mekanisme pasar. Tak peduli apakah kebijakan itu akan menyengsarakan rakyat kebanyakan atau tidak. Tersebab semua sumber daya alam diserahkan pengelolaannya kepada perusahaan yang mindset jalan usahanya adalah berdasarkan hitungan untung dan rugi.
Dan avtur adalah salah satu hasil produksi sumber daya alam berupa barang tambang dan energi.
Inilah yang menyebabkan terjadinya carut marut didunia perekonomian. Yang berimbas pada segala aspek kehidupan.
Akibat terjadi liberalisasi dan kapitalisasi sumber daya alam berupa barang tambang dan energi.