Adegan Amplop Luhut yang Menyakitkan
Sedih dan malu sekali melihat video Kiai Zubair Muntashor, pengasuh pesantren Nurul Cholil di Bangkalan, Madura, ketika beliau menerima dan memasukkan amplop putih dari Luhut Binsar Panjaitan (LBP) ke dalam sakunya. Di depan banyak orang. Rekaman itu sekarang barangkali sudah ditonton jutaan orang.
Bagi Menko Kemaritiman, cara itu mungkin biasa-biasa saja. Begitu juga bagi Dendy Zuhairi Finsa, sekretaris PW GP Ansor Jakarta yang mengatakan cara Luhut itu lumrah saja. Atau, bagi orang-orang lain yang telah kehilangan rasa hormat kepada para kiyai dan ulama.
Menyodorkan amplop seperti terlihat di video itu sangat tidak pantas. Sangat mengherankan kalau Dendy Finsa berpendapat tidak ada masalah. Dia menganggap itu ‘bisyaroh’. Hadiah untuk Pak Kiyai. Luar biasa orang ini. Entah standar moral dari mana yang menjadi refrensinya. Pantaslah sebagian umat ini hancur-lebur, karena mungkin banyak orang yang berpikiran seperti Dendy Finsa.
Sebegitu rendahkah pandangan Anda terhadap pemimpin pesantren? Kelihatannya perlu direnungkan lagi, Bung!
Bisa jadi seorang pemimpin pesantren sedang memerlukan uluran tangan. Tetapi, janganlah uluran tangan itu sampai dipamerkan di depan umum. Apalagi uluran tangan itu datang dari seseorang yang jelas memiliki kepentingan politik seperti Pak Luhut Panjaitan. Dan berlangsung pada episode politik yang sangat sensitif seperti sekarang ini.
Apa pun yang mau kita katakan tentang kunjungan dan pemberian hadiah dari Pak Luhut itu, tidak akan bisa Anda poles sebagai sowan biasa. Anda malah melecehkan nalar jutaan manusia.
Sekalian kita simak komentar Jurubicara TKN Jokowi-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily. Dia mengatakan, seperti dikutip CNNIndonesia, pihaknya tidak pernah memberikan arahan ke Luhut untuk memberikan amplop kepada sang kiai. “Itu inisiatif Pak Luhut sendiri,” kata Ace Hasan.
Ya, iyalah, Bung! Manalah mungkin orang TKN mengarahkan Pak Luhut agar memberikan hadiah kepada Kiai Zubair. Pahamlah kita. Tak mungkinlah itu. Tapi, keterkaitan kunjungan tsb dengan suasana pilpres saat ini, sangat sulit dibantah. Kecuali akal sehat Anda sedang ‘off’. Sedang ‘istirahat’.
Sungguh sangat mengherankan mengapa Pak Menko begitu ceroboh. Mungkinkah itu merefleksikan kedekatah LBP dengan kalangan pesantren? Wallahu a’lam.
Katakanlah LBP dekat dengan pesantrean. Tetap saja banyak pertanyaan untuk Pak Menko. Tidakkah ada cara lain bagi LBP untuk memberikan hadiah kepada seorang kiai? Haruskah dengan cara yang kasar seperti itu? Tidakkah Menko merasa risih memberikan amplop (yang hampir pasti isinya duit) kepada seorang pimpinan pesantren? Apakah Pak Menko lupa bahwa Kiyai Zubair sangat dihormati oleh masyarakat?
Pak Luhut, Anda tidak hanya melecehkan Kiai Zubair. Anda merendahkan para ulama. Semua ulama. Sedekat apa pun Anda dengan para pimpinan pesantren, tidaklah elok menunjukkan salam tempel di depan umum.
Kasihan Pak Kiai. Dan sangat memalukan bagi kaum muslimin. Malu sekali melihat Kiai Zubair menggenggam amplop yang disalamkan Pak Luhut kepada beliau. Pak Kiai langsung melihat sebentar amplop itu. Membolak-baliknya beberapa detik. Kemudian beliau masukkan ke dalam saku bajunya.
Itulah adegan yang paling menyakitkan. Martabat para kiai dan ulama tercemar. Leceh dan hina.
Sangat wajar kalau Pak Menko menyampaikan permintaan maaf kepada para ulama dan kaum muslimin di seluruh Indonesia.
Asyari Usman
(Penulis adalah wartawan senior)