Rumahku adalah Surgaku
Seperti kita ketahui, rumah merupakan kemuliaan (kehormatan) bagi pemiliknya. Baik kehormatan penghuni berikut seluruh isi rumahnya, termasuk segala aktivitas didalamnya. Lalu apa konsekuensi dari kemuliaan (kehormatan) tersebut?
Allah Ta’ala, berfirman:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلٰىٓ أَهْلِهَا ۚ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur 24: Ayat 27)
فَإِنْ لَّمْ تَجِدُوا فِيهَآ أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتّٰى يُؤْذَنَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا ۖ هُوَ أَزْكٰى لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, Kembalilah! Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nur 24: Ayat 28)
Ayat di atas merupakan dalil yang qath’i dari aspek sumbernya, karena diambil dari al-Quran, juga dari segi maknanya, yang dengan tegas menyatakan kemulian (kehormatan) rumah bagi pemiliknya. Karena itu, rumah tidak boleh dimasuki, kecuali dengan izin pemiliknya, baik rumah tersebut berpenghuni maupun tanpa penghuni. Jadi, kemuliaan (kehormatan) rumah tersebut ditegaskan melalui larangan memasukinya, kecuali dengan izin.
Dengan demikian, siapa saja yang memasuki rumah seseorang tanpa seizin penghuni atau pemiliknya, dia sesungguhnya telah menodai kehormatan rumah tersebut, dan tentu bisa dinyatakan telah melakukan keharaman. Alasannya, karena ada larangan menodai kehormatan rumah yang dinyatakan dengan tegas oleh dalil diatas.
Kemudian bentuk menjaga agar rumah menjadi mulia, adalah selalu membuat aktivitas didalamnya bernuansa ibadah.
Jangan jadikan rumah kita seperti kuburan? Bagaimanakah rumah yang seperti kuburan itu? Rumah tersebut tidak pernah dikerjakan shalat di dalamnya, baik shalat wajib maupun sunnah. Rumah tersebut selalu lalai dari bacaan Al Qur’an. Itulah rumah yang seperti kuburan.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim no. 1860)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن البيت ليتسع على أهله ، وتحضره الملائكة ، وتهجره الشياطين ، ويكثر خيره :
أن يقرأ فيه القرآن .
وإن البيت ليضيق على أهله ، وتهجره الملائكة ، وتحضره الشياطين ، ويقل خيره :
ألا يقرأ فيه القرآن
“Sesungguhnya rumah yang dibacakan al Qur’an didalamnya akan menjadi luas bagi pemiliknya, malaikat mendatanginya, syetan menjauhinya dan banyak kebaikannya, dan rumah akan menjadi sempit bagi pemiliknya, malaikat menjadi tehalang, syetan hadir dan sedikit kebaikannya jika tidak dibacakan al Qur’an dalam rumah tersebut.” (HR. Ad Darimi)
Jadikanlah rumah adalah surga, atau sering disebut Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku, merupakan ungkapan yang indah bangunan rumah tangga seorang muslim. Sungguh gambaran yang luar biasa, yang memberikan ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan yang selalu dirindukan semua orang untuk diwujudkan. Sebuah surga didunia yang hadir dalam sebuah rumah.
Namun haruslah dipahami, bahwa baiti jannati tidak akan terwujud begitu saja, tanpa adanya usaha. Usaha untuk mewujudkannya pun bisa jadi merupakan usaha yang luar biasa dan membutuhkan banyak energi dan menguras pikiran.
Demikianlah diantara menjaga kemuliaan rumah, tentu ini semua menjadi idaman dan dambaan setiap keluarga orang orang yang beriman. Dimana rumah dan seluruh penghuninya selalu dihiasi dengan aktivitas ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Semoga Allah karuniakan kepada kita rumah yang dipenuhi dengan kemuliaan.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komintas Akhlaq Mulia