Jangan Meninggalkan Maksiat Hanya di Bulan Ramadhan
Masih ada sebagian dari kaum muslimin yang mendekat kepada Allah Ta’ala hanya di bulan Ramadhan. Ketaatan begitu maksimal dilakukan, bahkan yang tak pernah sholat dan baca Quran di bulan lain, mereka lakukan sholat dengan khusyu’ dan serius baca Quran, bahkan semua bentuk kemaksiatan mereka tinggalkan demi Ramadhan.
Ibnu Taimiyyah berkata,
من يعزم على ترك المعاصي في شهر رمضان دون غيره فليس هذا بتائب مطلقاً ولكنه تارك للفعل في رمضان
“Barangsiapa bertekad meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan saja, tanpa bertekad di bulan lainnya, maka ia bukan seorang yang bertaubat secara mutlak, akan tetapi ia hanyalah sekedar orang yang meninggalkan perbuatan maksiat di bulan Ramadhan” (Al-Majmu’ Al-Fatawa 10/743)
Namun orang yang meninggalkan perbuatan (maksiat) pada bulan Ramadhan akan diberi pahala manakala upaya dia dalam meninggalkan maksiat tadi karena Allah Ta’ala dan dalam rangka mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, serta menjauhi segala sesuatu yang diharamkan-Nya pada bulan tersebut. Akan tetapi dia bukan termasuk orang yang benar-benar bertaubat, yang akan diampuni dosanya dengan taubat dia, dan bukan pula orang yang dikatakan terus menerus berbuat maksiat secara mutlak.
Sesungguhnya yang menggugah rasa heran adalah kita mendapati seseorang di bulan Ramadhan dia termasuk orang yang senantiasa tekun berpuasa, menghidupkan malam-malam harinya dengan beribadah, senantiasa berinfak, beristighfar dan selalu taat kepada Allah Tuhan semesta alam, kemudian ketika bulan Ramadhan telah berakhir maka tidak ada yang tersisa melainkan telah terbalik fitrahnya dan menjadi buruk budi pekertinya di hadapan Tuhannya, kita mendapatinya termasuk orang yang meninggalkan Sholat, dan termasuk yang sedikit dan menjahui dari berbuat kebajikan serta gandrung dan aktor utama terhadap perbuatan maksiat, maka dia berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla dengan berbagai macam dan ragam kemaksiatan dan dosa-dosa dengan senantiasa menjauhi dari melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Kontinyu dalam menjalankan segala bentuk amal sholih dan istiqomah dalam melaksanakannya karena sesungguhnya kontinyu dan berkesinambungan dalam amal sholih merupakan upaya pendekatan kepada Allah Ta’ala yang teramat agung, oleh sebab itu datanglah seorang sahabat kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan berkata : berikanlah wasiat kepadaku :
( قل آمنت بالله ثم استقم ) متفق عليه
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan bersabda : katakanlah aku beriman kepada Allah lalu istiqomahlah. (HR. Bukhari dan Muslim)
وفي رواية لأحمد قال : ( قل آمنت بالله ثم استقم قال يارسول الله كل الناس يقول ذلك قال قد قالها قوم من قبلكم ثم لم يستقيموا )
Dan dalam riwayat Ahmad dia berkata : ( Katakanlah aku beriman kepada Allah lalu istiqomahlah, dia berkata : wahai Rasulullah semua orang juga berkata demikian, beliau bersabda : Telah mengucapkan kaum sebelum kalian hal seperti itu namun mereka tidak istiqomah ), maka sudah sepatutnya bagi orang-orang yang beriman agar terus kontinyu beristiqomah dalam ketaatan kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْأَاخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظّٰلِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَآءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim 14: Ayat 27)
Sesungguhnya orang yang beristiqomah dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala dialah yang diterima doa-doanya, maka sudah seharusnya bulan Ramadhon adalah bulan tarbiyah yang mendidik kita agar terbiasa melakukan berbagai amal sholih, terus terbiasa menjadi lebih baik dan meninggalkan segala maksiat yang merugikan diri sendiri. Harusnya setelah Ramadhon, seorang muslim menjadi lebih baik, akan tetapi wal ‘iyadzu billah ada juga orang yang setelah Ramadhon kembali menjadi buruk bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia