Festival AWW Unpad Hadirkan Cerita Palestina yang Dijajah Israel
Jatinangor (SI Online) – Penjajahan Palestina oleh Israel berawal dari mimpi Theodore Herlz yang ingin mendirikan negara Israel pada 1896. Ide mendirikan negara tersebut sempat ditolak oleh para rabi di Jerman karena menentang Kitab Taurat.
Namun, berkat dukungan dari Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, Inggris memberikan tanah Palestina pada 1917. Syaratnya, Israel tidak boleh mengganggu komunitas yang ada di sana.
“Tadinya hanya satu, lalu makin banyak. Setelah dua puluh tahun, tiga puluh tahun, makin banyak. Bahkan populasinya lebih banyak pendatang. Selama 39 tahun, merek hidup dengan damai,” ujar Dr. Diaa Al Junaidi, orang Palestina yang tinggal di Gaza, di acara Al Aqsha Awareness Week, Universitas Padjadjaran, Selasa, 8 Oktober 2019.
Diaa bercerita, ternyata Israel diam-diam membuat rencana besar. Orang-orang Yahudi yang datang membentuk psuka rahasia. Tujuannya untuk merebut seluruh tanah milik Palestina.
Tak hanya itu, blokade ekonomi, pendidikan, kesehatan terjadi di Palestina. Banyak penangkapan warga Palestina tak beralasan hingga penembakkan anak-anak oleh peluru yang bisa merusak tubuh.
“Saya punya tetangga yang memiliki anak usia 17 tahun. Dia ditembak oleh tentara Israel di check point saat hendak ke Al Aqsha. Dia tidak melakukan apa-apa, namun ditembak,” cerita Diaa.
Tentara Israel meneror dan mengusir penduduk di Palestina. Terdapat 450 desa saat itu di sana. Israel mengambil alih 77% tanah di negeri tiga agama samawi itu.
Deklarasi Pendirian Israel
Pada 1948 orang Yahudi mengklaim tanah Palestina sebagai negara Israel. Sebelumnya tidak ada negara tersebut. Setelah lampu hijau dari Balfour, Yahudi dari Eropa dan penjuru duni mulai datang ke Palestina.
“Gimana perasaan kamu bila ada pendatang masuk ke universitas. Kemudian mereka mengusir, membunuh kamu di tanah kamu sendiri?” tanya Diaa kepada pengunjung yang hadir di AAW.
Diaa menyebutkan bila banyak orang yang membiarka Israel mengambil sacara paksa tanah Palestina, maka mereka bisa saja mengambil tanah yang lain.
“Tidak hanya orang Muslim yang mendukung Palestina. Banyak orang dari Eropa, Korea, Brasil, Meksiko, Australia, dan Kanada datang ke Palestina,” lanjut Diaa.
Menurutnya, Palestina adalah isu global. Karena merupakan negara yang dijajah secara militer. Persoalan kemanusiaan juga memicu banyak orang di dunia melakukan aksi dan gerakan seperti Boycott, Divestment, Sanction (BDS) terhadap produk Israel.
Peluru yang Merusak Tubuh
Tentara Israel menggunakan peluru ‘dumdum’ atau peluru kupu-kupu. Sebuah peluru yang ketika ditembakkan akan berkembang bak bunga mekar. Ukurannya akan membesar sehingga membuat luka parah dan melebar.
“Peluru dumdum ketika ditembakkan, akan merusak bagian tubuh. Misalnya, ditembakkan ke mata maka matanya akan rusak. Bila ditembakkan ke kaki, maka kakinya bisa diamputasi. Mereka melakukan ini sebagai hukuman untuk orang Palestina,” cerita Diaa.
Ia pun bercerita saat berusia 15 tahun, tentara Israel menembakkan peluru ke balkon rumahnya. Peluru itu ukurannya sangat kecil. “Ada sekitar 30 peluru. Alhamdulillah saya tidak apa-apa,” lanjutnya.
“Sedih karena anak kecil banyak yang meninggal, banyak yang ditahan. Aku bahkan nggak tahu itu. Harus lebih aware lagi. Tadi dengar anak-anak yang ditembak dengan peluru kupu-kupu. Tulang bisa remuk. Gimana pengobatannya? Apalagi listrik terbatas. Padahal pasien darurat harus dipantau selama 24 jam,” kata Nisa Lailatun, pengunjung AAW dari Fakultas Keperawatan Unpad.
Blokade Berkepanjangan
Sejak 2007, Israel melakukan banyak blokade. Termasuk blokade ekonomi di Gaza. Sebanyak membuat 82% persen orang tidak memiliki pekerjaan.
Diaa mengatakan, listrik di Gaza pun tidak menyala selama 24 jam. Hanya dua hingga empat jam dalam sehari.
“Saya punya teman di Gaza yang punya anggota 32 orang. Sebanyak 31 orang telah syahid (meninggal),” ujarnya.
Dari cerita Diaa, di Tepi Barat terdapat banyak millitary check point. Warga Palestina terkadang diminta untuk kembali lagi, dipermalukan, bahkan ditembak. Terdapat 6000 orang yang ditahan di penjara. Tidak diketahui nasibnya bagaimana.
“Kami percaya sebagai warga Palestina bahwa kamu juga punya hak asasi manusia. Sama seperti orang di berbagai negara. Kenapa kami tidak punya hak asasi manusia yang sama?” tanya Diaa saat talkshow berlangsung.
Mengenai AAW
Al Aqsha Awareness Week (AWW), festival tahunan yang diselenggarakan oleh Solidarity of Muslim for Al Quds Retaken (SMART171). Dari tanggal 7-11 Oktober 2019, AAW akan memberikan edukasi mengenai sejarah, budaya, informasi terkini, serta talkshow.
Berikut rangkaian acara AAW:
-Senin, 7 Oktober 2019 freezmob, orasi, dan puisi Palestina di Brooklyn Timur, Universitas Padjadjaran. Pukul 15.30-17.00.
-Selasa, 8 Oktober 2019 talkshow bersama Dr. Diaa Al Junaidi, Sheikh dari Gaza, Palestina. Tema talkshow ‘Entah Apa yang Merasuki Zionis: Penjajahan Rakyat Palestina’ di Brooklyn Timur, Unpad. Pukul 15.30-17.00.
-Rabu, 9 Oktober 2019 nonton bareng film dokumenter ‘Five Broken Cameras’ tentang kehidupan masyarakat di Palestina di Aula Moestopo, Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad. Pukul 15.30-17.00.
-Kamis, 10 Oktober 2019 talkshow bersama influencer Farah Qoonita dan Sholah Ayub dengan tema ‘Influencing the World through Your Fingertips’ di Aula Moestopo, Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad. Pukul 15.30-17.00.
-Jumat, 1 Oktober 2019 fun run dengan tema Run4Palestine di lingkungan Universitas Padjadjaran. Fun run sekaligus donasi untuk Palestina. Pukul 15.30-17.00.
red: adhila