Kaum Santri dan Sumpah Pemuda 1928
Dalam alinea pertama Pembukaan UUD 1945 dikatakan, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Kalimat di atas merupakan gambaran, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang anti penjajahan, bangsa yang cinta kemerdekaan, sehingga saat penjajahan Belanda dulu seluruh rakyat Indonesia bergerak dan berjuang untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini, termasuk kaum santri yang bergerak dari pondok pesantren masing-masing untuk melawan penjajah.
Kaum santri yang dididik dengan pelajaran agama ternyata punya jiwa nasionalisme yang tinggi, sehingga tidak mau bumi Indonesia ini dijajah oleh Belanda yang hanya membawa kesengsaraan pada seluruh rakyat. Untuk mengenang kegigihan kaum santri dalam melawan pejajah inilah setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional, yang ternyata berdekatan dengan peringatan lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Bisa timbul pertanyaan, apakah mungkin ada prinsip-prinsip kebangsaan yang sama dalam peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober dan peringatan lahirnya Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober?
Kesamaan Prinsip Perjuangan
Bila kita cermati, ternyata dalam peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober dan peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober terdapat kesamaan dalam prinsip-prinsip perjuangan di dalamnya.
Pertama, peringatan Hari Santri Nasional dan peringatan Sumpah Pemuda sama-sama mengandung nilai dan pesan agar bangsa Indonesia lebih mencintai bangsa sendiri dan merawat bangsa kita sendiri dengan sebaik-baiknya, sehingga dulu bermunculan perlawanan bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah yang hanya merusak sendi-sendi masyarakat Indonesia, karena Allah pun memerintahkan pada kita agar menjaga keutuhan bangsa dan negara sebagai sebuah kenikmatan yang tinggi nilainya.
Kedua, peringatan Hari Santri Nasional dan peringatan Sumpah Pemuda sama-sama mengajak agar kita mengenang semangat perjuangan para kaum santri dulu dan pemuda-pemuda Indonesia pada umumnya yang rela berkorban apa saja demi terwujudnya Indonesia merdeka yang terlepas dari penjajahan. Bukankah Allah mengatakan pada kita semua, bahwa untuk mecapai sebuah keberhasilan di bidang apa saja, kita dituntut untuk berkorban, seperti yang sudah dicontohkan oleh para Nabi dahulu?
Ketiga, peringatan Hari Santri Nasional dan Peringatan Sumpah Pemuda yang sama-sama jatuh di bulan Oktober mengajarkan pada kita semua agar bersedia menerima dan menghargai berbagai perbedaan. Saat perjuangan melawan penjajah Belanda dulu para pemuda Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda sama-sama berjuang melawan Belanda, tanpa melihat berbagai perbedaan latar belakang di antara mereka. Satu sama lain bisa menghargai dan menghormati.
Demikian pula kaum santri tentu juga sudah biasa menghadapi berbagai perbedaan manakala sedang belajar ilmu agama di pesantren masing-masing dengan berbagai kajian mazhab-mazhab yang berbeda. Selain itu, ketika jaman melawan penjajah Belanda dulu, tentu kaum santri dalam berjuang melawan Belanda harus berbaur dengan warga masyarakat lain yang non santri, yang tentu saja ini memerlukan sikap bisa menerima dan menghargai berbagai perbedaan latar belakang di antara mereka.
Keempat, peringatan Hari Santri dan peringatan Sumpah Pemuda mengingatkan pada kita, bahwa dulu para kaum santri dan para pemuda Indonesia umumnya bisa mengusir penjajah, karena dapat menciptakan persatuan yang kuat di antara masyarakat di seluruh pelosok wilayah tanah air. Bukankah dalam Islam pun diajarkan, bahwa segala sesuatu yang bersatu dan berkumpul dengan kuat akan bisa menciptakan tenaga dahsyat yang bisa mendobrak tembok penghalang?
Semoga peringatan Hari Santri dan peringatan Sumpah Pemuda yang sama-sama jatuh di bulan Oktober bisa memberi semangat tambahan untuk menciptakan persatuan bangsa ini.
Agus Rianto, SH., M.Hum
Pengajar FH UNS Solo, Pengurus “Majelis Litbang Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi” Masjid Bani Saud, Jaten, Karanganyar