Sembako Seharga Nyawa
Dua bocah bernama Rizki dan Mahesa menjadi korban acara bagi-bagi sembako di Monas yang diselenggarakan oleh Forum Untukmu Indonesia. Mereka meregang nyawa setelah terinjak oleh peserta dalam antrean tersebut. Malang benar nasib mereka. Berharap sembako gratis malah berujung kematian. Tragedi ini sontak menimbulkan perdebatan.
Sebab, jawaban berbeda muncul dari pihak keluarga dan Polda Metro Jaya. Pihak Polda Metro Jaya mengungkap bahwa dua bocah tersebut tidak meninggal akibat berdesakan dalam antrean bagi sembako. “Tidak, kita temukan tidak mengantre,” kata Argo.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Polisi Roma Hutajulu, selaku pemegang kekuasaan di wilayah ring satu ini. Dia memastikan jika tidak ada korban yang meninggal akibat antre sembako.”Saya nyatakan bukan ya, karena kalau bagi sembako di dalam Monas aman kondusif dan saya pantau langsung. Kalau yang bersangkutan TKP (Tempat Kejadian Perkara) pingsan di luar Monas. TKP di Jalan Medan Merdeka ditemukan petugas Satpol PP, silahkan konfirmasi ke Satpol PP yang temukan, terus dilarikan ke RS. Ditemukan jam 2 siang, meninggal dunia di RS Tarakan jam 8 malam,” ucap Roma., seperti dilansir viva.co.id.
Pihak keluarga justru mengatakan sebaliknya. Di Monas, Kokom menggambarkan suasana pembagian yang sangat ramai. Saat antrean, terjadi dorong-dorongan yang membuat Rizki terjatuh dan terinjak. “Enggak didorong dari belakang saja, dari depan pun didorong. Anak saya didorong dari belakang enggak jatuh, dari depan (didorong) langsung begini jatuh, kakinya keinjak (jadi) biru. Sudah begitu saya dorong lagi yang depan, takut nginjak lagi kan,” kata Kokom.
Patut disesalkan. Inisden bagi sembako yang menewaskan dua bocah remaja tidak dipungkiri ada kelalaian pihak penyelenggara terkait prinsip keselamatan para peserta antrean. Selain itu, polisi sebagai aparatur hukum harusnya tidak secepat itu menyimpulkan kematian bocah tersebut bukan karena antrean sembako. Perlu investigasi dan penyelidikan yang lebih mendalam agar keadilan hukum berjalan. Belakangan muncul indikasi bagi- bagi sembako tersebut bermuatan politik karena ditunggangi oleh sekelompok relawan Jokowi. Jika hal ini benar, maka jelas ini merupakan strategi politik yang memalukan. Cara klasik yang memuakkan untuk menarik simpati rakyat dengan iming-iming gratisan. Terlebih lagi tak memperhatikan pengaturan teknis dalam pembagiannya.
Bejibunnya peserta yang diberi kupon sembako gratis menunjukkan bahwa taraf hidup rakyat di negeri ini masih di bawah standar kelayakan. Sembako menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Betapa banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hidup di alam kapitalisme membuat kesenjangan si kaya dan miskin semakin tajam.
Kepentingan rakyat digadaikan, kepentingan kapital diutamakan. Sistem kapitalisme gagal memberikan kesejahteraan.
Bila kehidupan ini dijalankan dengan aturan islam, tak akan ada lagi korban berjatuhan akibat sembako gratisan. Hak setiap warga negara akan dipenuhi. Pemimpin peka kepada rakyatnya. Kepentingan rakyat diatas segalanya. Karena kekuasaan dan jabatan yang dimilikinya pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Chusnatul Jannah
(Lingkar Studi Perempuan Peradaban)