Lagi, Bully Anies Soal Pohon di Monas Jadi Gol Bunuh Diri
Jakarta (SI Online) – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tak pernah berhenti dari perundungan dan caci maki. Terbaru adalah beredarnya foto yang memperlihatkan silang Monas botak sebagian di sisi selatan, di sektor IRTI (Ikatan Restoran dan Taman Indonesia). Disebutkan, sekitar 190 pohon di bagian itu ditebang.
Tidak sedikit yang mengkritik dan menganggap penebangan pohon-pohon itu selain mengganggu keindahan juga melanggar UU tentang Penataan Ruang dan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang.
Ada juga yang mengaitkan penebangan pohon itu dengan pembangunan fasilitas pendukung Formula E yang akan digelar di Jakarta pada bulan Juni mendatang.
Ternyata semua tuduhan itu salah. Salah besar bahkan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan, penebangan pohon itu terkait dengan renovasi yang sudah lama direncanakan. “Tidak ada hubungannya dengan Formula E,” ujar Anies.
Anies memastikan, setelah renovasi, Monas akan tetap hijau, bahkan lebih hijau. Di sisi selatan yang diributkan itu, katanya, akan dibangun plaza dan air mancur. Pembangunan fasilitas serupa juga dilakukan di ketiga sisi lainnya.
Gubernur Anies Baswedan juga membagikan sebuah dokumen berisi rencana pembangunan renovasi. Di dalam dokumen setebal 67 halaman itu digambarkan rencana renovasi Monas yang mengusung tiga prinsip, yaitu New Monumentalism, Spirit of Conservation, dan Humble Toward Nature.
Juga disebutkan bahwa pembangunan perpatokan pada sejarah Kawasan Medan Merdeka dan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau dan sarana rekreasi skala nasional.
Silang Monas nantinya akan memiliki sejumlah fasilitas Plaza Seni dan Budaya, Plaza Nusantara, Promenade, Plaza Median. Penangkaran rusa juga akan dipertahankan dan direvitalisasi.
Selain itu, akan ada area hijau kontemplasi, kanal ampiteater, serta jalur jogging dan sepeda.
Sebelum soal pohon di Lapangan Monas, Anies juga dibully tentang pengadaan toa peringatan banjir senilai empat miliar. Anies dikira akan memasang enam set pengeras suara (toa) saja. Padahal menurut Anggota DPRD DKI Jakarta, Syarif, yang mahal dari alat yang disebut dengan DWS (Disaster Warning System) bukan toa-nya melainkan stasiun radionya.
Padahal sistem peringatan dini bencana berbasis digital atau disaster warning system (DWS) ini dipasang guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Negara mau yang menggunakan model ini adalah Jepang.
Sebelumnya, Anggota DPD RI asal DKI Jakarta, Fahira Idris memberikan saran ke haters atau pembenci Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar tidak terus membuat ‘gol bunuh diri’.
Lewat Twitter, Fahira berpesan agar para pembenci Anies tidak terlalu sering membuat ‘gol bunuh diri’ sehingga membuat energi habis. Mengingat, perjalanan menuju Pilpres 2024 masih panjang.
“Saran saya (untuk haters Anies) jangan sering gol bunuh diri, nanti kehabisan energi karena perjalanan menuju 2024 masih panjang,” tulis Fahira di Twitter.
Fahira tidak mempermasalahkan kinerja Anies dikritisi. Namun dia mengingatkan agar kritik yang disampaikan berbobot.
red: farah abdillah/dbs