Konsekuensi Ucapan Kepala BPIP, Agama Islam Tidak Boleh Ada
Bagi para penguasa, ideolog, penganjur liberalisme dan para politisi pragmatis, Pancasila tidak boleh punya musuh. Sehebat dan sekuat apa pun musuh Pancasila, harus diberangus. Tidak boleh ada selain Pancasila.
Kemarin, Kepala Badan Pembinaan Idelogi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi mengatakan dengan lantang bahwa musuh terbesar Pancasila adalah agama. Yudian membuat klarifikasi. Yudian mengatakan, yang dia maksudkan adalah kelompok minoritas yang mengaku mayoritas; kelompok agama di dalam agama.
Bisakah Yudian ‘lepas’ hanya dengan klarifikasi seperti itu? Tergantung. Kalau dia sadar bahwa ucapannya telah menyebabkan kegaduhan yang fatal, harusnya dia pergi dari BPIP. Tapi, sebaliknya, dia bisa saja bertahan sepanjang tidak dipecat oleh Presiden.
Satu hal yang pasti. Yudian tidak bisa berkilah bahwa media salah kutip atau ucapannya tidak dikutip utuh. Mengapa? Karena, kalimat Yudian yang berbunyi, “Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan,” bukanlah kalimat yang multi-tafsir.
Bahkan, ada indikasi yang sangat jelas dari mulut Yudian tentang agama mana yang dia maksud sebagai musuh terbesar Pancasila. Dia memang tidak menyebut Islam ‘per se’ (secara eksplisit). Tetapi, argumentasi yang dia bangun bahwa “agama adalah musuh terbesar Pancasila” itu tertuju ke agama Islam. Sulit dibantah.
Ini yang dikatakan Prof Yudian: “Belakangan juga ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Mereka antara lain membuat Ijtima Ulama untuk menentukan calon wakil presiden. Ketika manuvernya kemudian tak seperti yang diharapkan, bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka pun kecewa.”
Yang dimaksudkan Yudian di dalam rangkaian kalimat di atas, 99.99% bukan agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha atau Konghucu. Sebab, sudah terkunci di istilah “ijtima ulama” dan “menentukan calon wakil presiden”. Pertama, “ijtima ulama” adalah terminologi Islam. Kedua, frasa “menentukan calon wakil presiden” adalah aktivitas politik yang sah dan konstitusional yang dilakukan oleh kelompok Islam semasa pilpres 2019.
Dengan begitu, bisa dipastikan 100% yang dimaksud Yudian adalah agama Islam. Tidak ada celah untuk mengatakan bahwa yang dia maksudkan bukan agama Islam.
Kalau secara logika bahasa sudah tersimpulkan bahwa yang dimaksudkan oleh Yudian sebagai musuh terbesar Pancasila itu adalah agama Islam, apa konsekuensinya?
Seperti dijelaskan di bagian awal tadi, Pancasila tidak boleh punya musuh. Konon pula musuh terbesar. Karena itu, menurut argumentasi Yudian, agama Islam tidak boleh ada di Indonesia. Inilah konsekuensi dari argumentasi ketua BPIP itu. Dan konsekuensi ini tentu tidak main-main. Kecuali Prof Yudian mencabut pernyataannya, meminta maaf kepada umat Islam, dan kemudian meletakkan jabatan ketua BPIP.
Sekarang, publik layak mempertanyakan motif Yudian mengatakan agama (Islam) adalah musuh terbesar Pancasila. Pantas pula ditelisik apakah Yudian menguraikan argumentasi yang sangat berbahaya itu sebagai representasi pemikiran dia sendiri (pemain tunggal) atau representasi dari pemikiran gerbong besar yang telah menyiapkan narasi “agama adalah musuh terbesar Pancasila”.
Perlu pula dipelajari apakah pemikiran Yudian yang ekstrem ini hanya sekadar blunder, keceplosan, atau keseleo lidah (slip of tongue)?
Argumentasi lapis kedua yang dipaparkan Yudian adalah yang dia istilahkan sebagai “si minoritas” (ijtima ulama) ingin melawan Pancasila dan mengklaim diri mayoritas.
Nah, bagaimana Yudian bisa menyimpulkan bahwa kelompok “ijtima ulama” dan kelompok “pendukung cawapres” ingin melawan Pancasila? Apa indikasinya? Apa bukti-buktinya?
Apakah karena ada kelompok Islam yang sadar politik dan kegiatannya didukung jutaan orang secara konstitusionjal, lalu disebut melawan Pancasila? Lalu, kapan pula mereka mengklaim sebagai kelompok mayoritas? Prof Yudian harus menjelaskan ini sebelum dia bisa menghilang dari kontroversi yang dimunculkannya sendiri.
Sebaga penutup, ucapan Yudian bahwa “agama adalah musuh terbesar Pancasila” menunjukkan bahwa dia menyimpan dendam kesumat terhadap umat Islam atau setidaknya kelompok umat Islam yang telah melakukan upaya pemberdayaan umat.
Yudian kelihatan resah terhadap kebangkitan umat. Boleh jadi dia mewakili keresahan kelompok-kelompok yang selama ini menikmati kesewenangan dan kezaliman.[]
13 Februari 2020
Asyari Usman
sumber: Facebook Asyari Usman