Belajar dari ILC
Mendengar kata Indonesia Lawyers Club apa yang terbesit dalam pikiran kita? Diskusi terbuka, Karni Ilyas, dan pembicara berkelas dari pejabat negara, politisi, advokat hingga pakar?
Tentu saja ILC lekat dengan semua brand tersebut. Pro kontra dihadirkan untuk menyajikan informasi berimbang dari kode etik jurnalistik. Kami diskusikan, Anda simpulkan. Begitulah adagium ILC.
Melihat beberapa kesempatan menyaksikan disuksi ILC, saya menghela napas panjang. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari acara ILC. Di antaranya:
Pertama, klarifikasi. Sebagaimana diketahui, hadirnya ILC mengindikasi bahwa forum itu ada untuk memberi klarifikasi atas isu yang tengah ramai diperbincangkan masyarakat luas. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Hujurat ayat 6 yang bunyinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu“. Dengan begitu, diharapkan masyarakat mendapat informasi akurat secara langsung dari sumbernya. Valid dan bisa dipertanggungjawabkan.
Kedua, adab dalam diskusi. Adab memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Bahkan para ulama memberi banyak petuah tentang adab. Mengingat betapa pentingnya adab dalam kehidupan. Syaikh Ibnu Mubarak pernah berkata, “Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya. Pantas saja para ulama sepakat, “Kada al adab qabla al ‘ilm (Posisi adab itu sebelum ilmu). Imam Abu Hanifah pun pernah bertutur tentang adab, “Kisah kehidupan para ulama dan duduk dalam majlis mereka lebih aku sukai dari mempelajari banyak ilmu, karena kisah-kisah itu penuh dengan ketinggian adab dan akhlak mereka.”
Namun, saat ini banyak kita jumpai orang berilmu tidak memperhatikan adab. Salah satu contoh yang paling nyata terlihat adalah para politisi dan pejabat yang hadir dalam diskusi ILC. Ada yang sibuk main HP saat salah satu pembicara berbicara. Ada pula yang suka memotong atau menginterupsi saat pembicara lain sedang mengemukakan argumennya. Bahkan diantara mereka justru menampakkan kerendahan adabnya dengan ‘nyerocos’ tiada henti dan sembarang menyerang pribadi saat pendapatnya dianulir pembicara lain. Rakyat pasti melihat dan memahami siapa yang tinggi adab dan siapa yang rendah adab.
Ketiga, dari ILC kita belajar siapa yang memihak kebenaran dan siapa yang membela kebatilan. ILC tadi malam yang mengupas pernyataan kontroversi kepala BPIP, sudah cukup menunjukkan kualitas pemikiran para pembicara. Yang salah dibela mati-matian. Yang benar disudutkan. Peristiwa itu tentunya terekam dalam pikiran rakyat Indonesia. Apalagi sikap angkuh seperti ini justru nampak jelas dari pihak pro pemerintah. Dari ILC kita bisa belajar. Nilailah orang dari isi kepalanya. Sebab isi kepala menunjukkan kualitas kepribadiannya. Dan isi kepala itulah yang mempengaruhi segala perilakunya. Siapa yang benar, munafik, dan fasik terkadang terbongkar dengan sendirinya saat dia berbicara dalam layar kaca.
Keempat, jangan sembarangan memainkan dalil untuk menguatkan pendapat pribadi. Hal ini juga yang terkadang tidak diwaspadai oleh mereka yang mengaku ulama dan paham agama. Tidak semua yang berlabel ulama memiliki pemikiran yang benar dan lurus. Ada ulama su’. Yang asal comot dalil untuk melakukan pembenaran. Tidakkah merasa takut dengan peringatan tegas Rasullullah Saw dalam sabdanya, “Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang berdusta dan dzalim. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezalimannya, maka ia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Serta ia tidak akann minum dari telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman, maka ia adalah dari golonganku dan aku adalah dari golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku.” (HR Ahmad No: 17424).
ILC telah mengajarkan banyak hal kepada kita. Bagaimana memaknai adab, ilmu, dan amal. Bagaimana menilai seseorang dengan cara berpikirnya, dan bagaimana mengetahui kebenaran itu sendiri dengan mengamati setiap kata yang keluar dari lisan para pembicara. Itulah kesan saya kepada ILC. Terima kasih Pak Karni. Kehadiran ILC memberi arti penting bagi kami sebagai rakyat, utamanya umat Islam. Dengan ini, kami pun mengambil posisi yang jelas. Pembela kebenaran atau pendukung kezaliman.
Chusnatul Jannah