Kirim Surat Terbuka ke Jokowi, PDUI: Haruskah Para Dokter Bertaruh Nyawa dengan Plastik Jas Hujan?
Jakarta (SI Online) – Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PP PDUI) mengirim surat terbuka ke Presiden Jokowi mengenai penanganan wabah virus Corona di Indonesia.
Dalam surat terbuka berjudul “Negaraku Jangan Kalah” yang ditandatangani Ketua Umum PP PDUI Abraham Andi Padlan Patarai, 10 April 2020, pengurus mengingatkan Jokowi untuk mengambil tindakan tegas dalam menanggulangi dampak Corona ke masyarakat.
“Gunakan kepalan tanganmu, gunakan ujung telunjukmu, gunakan suara kerasmu. Perintahkan para menterimu, aparatmu, jenderalmu, TNI dan Polisi yang ada dikendalimu. Kuasai seluruh negeri ini, atur hingga ke pelosok negeri ini, perintahkan seluruh rakyatmu,” tulis Abraham Andi Padlan Patarai dalam surat terbukanya yang dikutip pada Sabtu, 11 April 2020.
Abraham meminta Jokowi melupakan perkataan salah satu menterinya bahwa Corona adalah penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Ia juga meminta Jokowi mengabaikan perkataan menterinya yang bilang bahwa harga alat pelindung diri menjadi mahal karena masyarakat membelinya.
Sebagai informasi, dua pernyataan itu pernah dilontarkan oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
PDUI juga meminta Jokowi melupakan perkataan salah satu menteri yang mengatakan bahwa pada Maret 2020 akan ada 4,7 juta masker produksi Badan Usaha Milik Negara yang siap disebar ke seluruh negeri. Pernyataan ini pernah disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir. “Belakangan diakui ‘belum ada BUMN produksi APD’,” kata Abraham.
Abraham mengatakan ratusan ribu dokter dan tenaga kesehatan resah dan marah karena APD makin langka. Kalaupun ada, harganya sangat mahal.
“Haruskah mereka bertaruh nyawa dengan APD seadanya, mereka melawan musuh yang tidak kelihatan dengan balutan plastik yang sama yang pernah Yang Mulia Bapak Presiden kenakan saat puluhan kamera mengabadikan Bapak di tengah rinai hujan. Ya, dengan memakai plastik jas hujan saja,” tulisnya.
Sementara itu, banyak pasien terinfeksi virus Corona yang mesti segera mendapatkan perawatan. Akhirnya, dokter dan tenaga medis terpaksa memakai jas hujan sebagai APD.
“Lihatlah jumlah sejawat kami para dokter yang meninggal dunia sudah lebih dari 30 orang. Sampai berapa lagi yang harus dijumlahkan dalam daftar kematian yang mengenaskan ini. Satu saja dari para dokter mati, perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadikan pengganti. Beda dengan menteri-menteri Bapak miliki, satu saja mati, esok hari berbondong yang mengajukan diri,” kata dia.
red: farah abdillah