Jangan Bangga dengan Ilmu yang Dimiliki
Berbangga bangga dengan apa yang diperoleh, berupa apa saja, baik itu harta jabatan ataupun ilmu, hal tersebut masuk kedalam bab sombong, hanya karena mengharap balasan dunia.
Apalagi ketika bangga dengan ilmu yang sedikit kemudian dengannya dipakai untuk mendebat ulama, menghina merendahkan saudara seiman, maka nerakalah lebih baik untuknya.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ
“Janganlah belajar ilmu agama untuk berbangga diri di hadapan para ulama, untuk menanamkan keraguan pada orang yang bodoh, dan jangan mengelilingi majelis untuk maksud seperti itu. Karena barangsiapa yang melakukan demikian, maka neraka lebih pantas baginya, neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ibnu Majah no. 254. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Bangga dengan ilmu yang dimiliki adalah paling jelek kedudukannya disisi Allah dari pada bangga harta dan kedudukan. (Uddatush shobirin, Ibnul Qoyyim)
قيل إن العلم ثلاثة أشبار : من دخل في الشبر الأول، تكبر ومن دخل في الشبر الثانى، تواضع ومن دخل في الشبر الثالث، علم أنه ما يعلم.
“Ada yang berkata bahwa sesungguhnya ilmu itu terdiri dari tiga jengkal. Jika seseorang telah menapaki jengkal yang pertama, maka dia menjadi tinggi hati (takabbur). Kemudian, apabila dia telah menapaki jengkal yang kedua, maka dia pun menjadi rendah hati (tawadhu’). Dan bilamana dia telah menapaki jengkal yang ketiga, barulah dia tahu bahwa ternyata dia tidak tahu apa-apa.” (Dinukil dari kitab Hilyah Thalibil ‘Ilmi, buah pena Syaikh Bakr ibn ‘Abdillaah Abu Zaid rahimahullaah).
Mereka yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu bisa jadi karena mereka menginginkan dengan ilmunya mereka bisa menandingi ulama. Mereka ingin membuat majelis ilmu untuk menandingi majelis ilmu ulama. Atau mereka membuat rekaman yang isinya menandingi ulama. Atau mereka akan menulis buku untuk menandingi ulama.
Ada pula mereka yang menuntut ilmu agar dapat mendebat orang-orang bodoh. Semestinya kewajiban seorang ahli ilmu terhadap orang jahil adalah memberi tahu ilmu dan mengarahkan mereka kepada kebenaran. Dan meninggalkan mereka bila mereka mendebat.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia