Ibrah dari Perang Uhud: Bahaya Sikap Lebih Mementingkan Dunia
Bagi mereka yang memperhatikan, maka terlihat jelas sikap lebih mementingkan nikmat dunia daripada akhirat terlihat jelas pada pasukan pemanah dalam peristiwa perang Uhud.
Ibnu Abbas berkata, “Ketika orang-orang musyrik mengalami kekalahan pada perang Uhud. Para pasukan pemanah berkata, “Susullah mereka dan Rasulullah saw, jangan sampai mereka mendahului kalian mendapatkan harta rampasan perang sehingga mereka yang mendapatkannya sedangkan kamu tidak mendapatkannya.” Sebagian mereka berkata, “Kami tidak akan meninggalkan tempat ini hingga Rasulullah Saw memberi ijin kepada kami” Maka turun ayat, “Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.” (Ali Imran: 152)
Imam Ath-Thabari berkata, “Firman Allah, “Di antaramu ada orang yang mengendaki dunia.” Maksudnya adalah, lebih menghendaki harta rampasan perang. Ibnu Mas’ud berkata, “Saya tidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah saw yang menginginkan dunia hingga turunlah ayat kepada kami pada perang Uhud, “Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.”
Menurut Profesor Doktor Muhammad Ali Ash-Shalabi dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, apa yang terjadi pada perang Uhud mengandung pelajaran besar bagi para dai, bahwa cinta dunia telah menyusup ke hati sebagian orang-orang beriman dan itu tersembunyi bagi mereka. Mereka lebih mementingkan dunia beserta kenikmatannya dari pada akhirat dan usaha-usaha untuk memperoleh kemenangan beserta kenikmatannya. Mereka tidak mematuhi perintah syariat yang jelas sebagaimana pasukan pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah saw yang sangat jelas. Semua itu didorong oleh hawa nafsu dan cinta dunia, mereka tidak mengikuti perintah syariat, melupakan perintah-perintah sang pemilik hukum. Semua itu terjadi dan menimpa orang mukmin dan orang mukmin tidak menyadari motif-motif yang tersembunyi tersebut.
Terdapat banyak ayat dan hadits yang menjelaskan kedudukan dunia di sisi Allah, juga menyebutkan tentang perhiasan duniawi dan dampaknya terhadap bencana yang menimpa manusia. Ayat dan hadits tersebut memperingatkan agar jangan terlalu mementingkan dunia. Allah swt berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran : 14)
Rasulullah saw memperingatkan umatnya agar jangan terperdaya oleh nikmat dunia, ini disebutkan di banyak tempat. Karena sikap seperti itu berdampak sangat buruk terhadap umat secara umum dan terhadap mereka yang mengemban misi dakwah secara khusus. Di antara nash-nash tersebut adalah:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya dunia itu indah dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah di dunia, Dia memperhatikan apa yang kamu lakukan. Maka bertaqwalah kepada Allah terhadap urusan dunia dan wanita. Sesungguhnya fitnah pertama di tengah Bani Israil adalah fitnah wanita.”
Inti dari semua itu adalah cinta duniawi, sikap lebih mementingkan nikmat dunia daripada akhirat dan tuntutan-tuntutan iman. Ini menuntut bagi setiap da’i agar selalu berhati-hati dan melakukan pemeriksaan berkesinambungan terhadap hal-hal yang tersembunyi di dalam jiwa, melepaskan jiwa dari cinta duniawi, agar cinta duniawi itu tidak menjadi penghalang antara jiwa dan perintah-perintah syariat, juga agar cinta duniawi itu tidak menjerumuskan mereka kepada sikap tidak patuh, memberikan interpretasi yang diiringi hawa nafsu sehingga mengalihkan jiwa kepada dunia beserta kenikmatannya.
Pelajaran penring dari perang Uhud, bahwa kecintaan kepada dunia dan ketidakpatuhan terhadap perintah pimpinan, telah mengakibatkan kekalahan yang sangat fatal pada kaum muslimin. Wallahu a’lam bissawaab.
(shodiq ramadhan)