Ujungnya Dua Kapolda Dicopot, Fahri: Awalnya Dianggap Kecil dan Nggak Penting
Jakarta (SI Online) – Langkah Kapolri mencopot dua Kapolda, yakni Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat dengan alasan tidak dapat menegakkan aturan protokol kesehatan, dinilai karena keliru dari awal.
Bukan hanya dua Kapolda, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan juga dipanggil penyidik Polda Metro Jaya.
Hal-hal ini akhirnya terjadi karena pada awalnya pemerintah, yang diwakili oleh Menkopolhukam Mahfud MD, mengganggap kecil dan tidak penting tentang kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab.
“Awalnya dianggap kecil dan gak penting. Ternyata banyak dan membludak. Lalu nyalahin yang datang dan memecat petugas keamanan,” kata mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah melalui Twitternya, dikutip Selasa pagi, 17 November 2020.
Fahri mengatakan, negara memiliki fungdi deteksi dan mitigasi. Seharusnya tidak sampai salah langkah dalam melakukan berbagai antisipasi.
“Negara itu punya fungsi deteksi dan mitigasi. Jangankan demo, cuaca dan bencana aja bisa diterka. Jadi negara gak boleh kaget dan salah tingkah dong. Tangan melipat wajah dengan air mata bahagia,” lanjut Fahri.
Hal senada disampaikan Kepala Perwakilan Ombudsman Jakarta Raya, Teguh P Nugroho, di Jakarta, Senin (16/11).
Ombudsman menilai, pada awalnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah tergagap dalam mengantisipasi. Menurut Nugroho, pendekatan konfrontatif Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan HAM, Mahfud MD, yang fokus pada penggiringan isu apakah Habib Rizieq dideportasi akibat melebihi izin tinggal saat kembali ke Tanah Air menjadi kontraproduktif.
Menurut Nugroho, pendekatan ini justru mendorong simpatisan Habib Rizieq berbondong-bondong menjemput dia di Terminal 3 Bandar Udara Internasisonal Soekarno-Hatta. Padahal, bandara itu adalah obyek vital nasional yang harus dijamin keamanan, keselamatan, dan kelancaran operasionalisasinya.
red: faza haniyya