Embargo Berbuah Kebaikan
Embargo (pemboikotan) membawa penderitaan yang luar biasa bagi Rasulullah dan para pengikutnya. Tapi siapa sangka, bagi dakwah Islam hal itu justru mendatangkan kebaikan.
Tiga tahun lamanya Rasulullah, para sahabat, dan kerabat dari Bani Hasyim dan Bani Al Muthalib diembargo oleh kaum Qurays. Perjanjian embargo itu menyatakan bahwa semua kabilah dilarang untuk melakukan pernikahan, jual beli, pertemanan, berkumpul dan memasuki rumah mereka. Termasuk berbicara dengan mereka, kecuali jika secara suka rela umat Islam dan kedua bani itu menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Syaikh Shafiyyurahman Al Mubarakfuri dalam kitabnya Ar Rahiqul Makhtum, menyebutkan bahwa sejatinya dalam hati orang-orang kafir Qurays sendiri terbagi antara yang setuju dan tidak setuju dengan piagam embargo tersebut. Nyatanya, setelah berjalan tiga tahun atas kuasa Allah Swt, pada bulan Muharam tahun ke sepuluh kenabian papan embargo sudah terkoyak dan isinya telah terhapus.
Sebelumnya lima orang tokoh Qurays berinisiatif untuk membatalkan pembatalan shahifah (nota perjanjian) itu. Disebutkan oleh Ibn Hisyam dalam kitab Sirah Nabawiyah bahwa tokoh yang berperan dalam merencanakan perobekan shahifah itu adalah Hisyam bin Amr Rabiah bin Al Harits bin Habib bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luai, bersama dengan keempat kawannya, Zuhair bin Abu Umaiyah, Al Muth’im bin Adi, Abu Al Bakhtari bin Hisyam dan Zam’ah bin al Aswad bin Al Muthalib.
Muth’im bin Adi yang akhirnya berhasil mendekati naskah itu di dalam Ka’bah mendapati bahwa shahifah itu telah dimakan rayap dan isinya hanya tinggal kalimat “Bismika Allahuma”, dan setiap bagian yang ada kata “Allah”. Kalimat lainnya habis dimakan rayap. Alhasil, piagam itu robek dan batal pula penerapannya. Sehingga masa pemboikotan terhadap Rasulullah, umat Islam serta Bani Hasyim dan Bani Al Muthalib berakhir sudah.
“dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al Anfal [08]: 30)
Berbuah Kebaikan
Profesor Muhammad Rawwas Qal’ah Jie dalam kitab Qiraatus Siyasyah Li Sirah An Nabawiyah menjelaskan hikmah dibalik peristiwa pemboikotan terhadap Rasulullah Saw dan para pengikutnya ini. Menurut beliau, bagi perjalanan dakwah Islam peristiwa ini justru mendatangkan kebaikan yang sangat besar. “Sungguh Allah telah memperkuat posisi agama Islam ini melalui orang kafir tanpa disadarinya”, ungkapnya.
Embargo terhadap Rasulullah dan para pengikutnya selama tiga tahun telah menjadi pencegah bagi masuknya orang-orang yang memiliki tujuan kotor ke dalam Islam. Tidak mungkin orang-orang yang sangat rakus dengan gemerlapnya dunia akan masuk ke dalam Islam. Sehingga tidak akan masuk Islam, kecuali orang-orang yang hatinya telah terbakar oleh panasnya iman. Dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran yang tinggi untuk bisa menjadi pengikut Rasulullah Saw.
Siksaan dan penderitaan yang dihadapi oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya yang beriman telah menjadi jaminan yang valid atas bersihnya hati mereka yang bergabung ke dalam Islam. Mereka yang berniat jahat tidak mungkin bisa masuk ke dalam Islam.
Kebaikan yang lain, seperti diungkapkan oleh Profesor Rawwas, adalah munculnya perubahan pandangan terhadap Rasulullah Saw dan para pengikutnya dari kafir Qurays. Penilaian mereka menjadi objektif dan positif. Ujungnya, mereka berbalik menjadi pembela Rasulullah. Inilah yang bisa ditangkap dari tindakan yang dilakukan oleh Hisyam bin Amr bersama keempat kawannya yang akan merobek naskah perjanjian. Dengan demikian telah terjadi penggembosan dalam barisan orang-orang kafir. Mereka tidak lagi kompak alias bercerai berai.
Ujungnya, suara-suara penentangan terhadap tindakan yang menzalimi Rasulullah dan pengikutnya mulai bermunculan. Polemik dan diskusi terus berkembang, hingga ke masalah akidah. Alhasil, setiap perdebatan yang berkaitan dengan akidah, dapat dipastikan akan dimenangkan Islam. Inilah hasil yang dilahirkan dari embargo. Renungkanlah!.
(M. Shodiq Ramadhan)