HNW: Bank Syariah Indonesia Harus Berpihak pada Umat
Jakarta (SI Online) – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) meminta Bank Syariah Indonesia (BSI) yang diluncurkan Presiden Jokowi dapat mengedepankan kepedulian pada pemberdayaan ekonomi umat, dengan meningkatkan keberpihakan kepada UMKM. Salah satunya melalui penyaluran kredit Bank Syariah Indonesia, dan mempermudah mekanismenya.
HNW mendorong BSI tidak hanya mengejar target penyaluran 20% sebagaimana tertuang dalam peraturan Bank Indonesia, namun menjaga agar minimal sama dengan capaian penyaluran UMKM oleh BRI Syariah yang mencapai 46%. Jika itu dijalankan, maka ada potensi kredit untuk UMKM sebesar Rp107 triliun.
“UMKM berkontribusi sekitar 60% terhadap PDB dan menyerap hingga 120 juta angkatan kerja, namun penyaluran kredit sebagian besar selama ini diberikan kepada korporasi. Bank Syariah Indonesia harus menjadi koreksi atas ketidakadilan sosial ini, dengan menjadi terdepan dalam mendorong peningkatan penyaluran kredit untuk UMKM, sebagai bukti keberpihakan pada rakyat dan umat. Dan untuk teramalkannya sila ke-5 dari Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata HNW dalam keterangan tertulisnya kepada Suara Islam Online, Rabu (3/2).
Politisi PKS yang juga Aggota Komisi VIII DPR RI ini mencatat, total aset BSI mencapai Rp239 triliun dengan total pembiayaan sebesar Rp156,5 triliun.
Kata HNW, jika hanya ditargetkan pembiayaan UMKM sebesar 20%, maka UMKM hanya mendapatkan alokasi Rp31 triliun dibandingkan Rp125 triliun untuk perusahaan besar/korporasi. Ini tentu tidak mencerminkan keadilan yang diajarkan syariah Islam maupun Pancasila.
Menurut HNW, BSI seharusnya membangun kekhasan (branding) sebagai Bank yang pro UMKM dan program kerakyatan. Sebab para korporasi selama ini sudah diayomi oleh seluruh perbankan besar di Indonesia. Sementara UMKM belum mendapatkan keadilan yang semestinya.
“Oleh karena itu, permintaan Muhammadiyah agar BSI menyalurkan 60% pembiayaan untuk UMKM patut untuk dipertimbangkan secara serius dan ditindaklanjuti secara operasional,” jelasnya.
HNW menyebutkan, Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar yang proporsi muslimnya lebih dari 80% penduduk. Namun kontribusi perbankan syariah baru di angka 6,81%. Tingkat inklusi keuangan syariah juga baru mencapai 9,10% dan tingkat literasi keuangan syariah di angka 8,93%.
Kondisi tersebut menurutnya merupakan indikator bahwa perbankan syariah selama ini belum menyentuh masyarakat kecil, yang dibuktikan dengan belum maksimalnya penyaluran untuk UMKM.
“Bank Syariah Indonesia harus membuktikan terimplementasikannya nilai ‘syariah’ yang dibawanya, sehingga keberpihakannya kepada penyelenggaraan yang amanah, keberpihakannya kepada umat, agar mendapatkan kepercayaan rakyat dan umat bisa diwujudkan, antara lain dengan memprioritaskan UMKM,” ujarnya.
Kata HNW, ini kali pertama Presiden Indonesia meresmikan Bank dengan membawa nama Syariah. Di tengah kondisi keuangan negara yang bergantung kepada hutang luar negeri, di tengah ekonomi bangsa yang mayoritasnya muslim sedang sangat bermasalah, maka Bank Syariah Indonesia bisa menghadirkan kontribusi dan prestasi yang mengharumkan nama syariah.
“Jangan sampai total aset yang besar yang dimiliki oleh BSI menjadi fitnah dan masalah di kemudian hari karena tidak amanah, tidak berpihak sukses pemberdayaan umat, karena terpaku dengan langkah yang sudah biasa dilakukan perbankan umum, keterlibatan khusus dengan korporasi. Itu hal yang menjadi kekhawatiran banyak pihak. Karena bila demikian, tidak ada bedanya antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional,” tandas HNW.
red: adhila