Islamofobia di Negeri Muslim
“Itu dicurigai jangan-jangan ada kekerasan, dikunci di kamar terus bisa saja, atau salah satu mulai berkembang paham-paham radikalisme” terang Kak Seto seperti dilansir CNNIndonesia.com tatkala menanggapi radikalisme di Indonesia.
Pasca terjadinya bom bunuh diri di Surabaya, yang diduga pelakunya adalah Dita oepriarto beserta istri dan ketiga anaknya. Walaupun belum diketahui motif pelaku melakukan aksi pengeboman, lalu Islam yang dijadikan “tersangka”.
Sebelumnya pemerintah telah mencabut badan hukum milik ormas Islam (baca: HTI), yang melakukan dakwah Islam. Lalu kriminalisasi terhadap ulama, bahkan hingga kini masih ada ulama yang ditahan. Melakukan pembubaran terhadap sekelompok umat Islam yang melakukan pengajian, kini homeschoolling dituduh menjadi tempat menanamkan benih-benih radikalisme. Ketakutan-ketakutan terhadap Islam dimunculkan, yang lebih kita kenal sebagai istilah “Islamophobia”.
Dikutip dari Wikipedia, Islamophobia berarti perasangka dan diskriminasi terhadap Muslim dan ajarannya. Istilah ini sudah populer sejak 1980an, namun lebih populer sejak terjadi serangan di WTC Amerika Serikat.
Barat dan kapitalismenya sengaja memuncukkan ide ini untuk membuat citra Islam semakin buruk. Sebagai opini negatif terhadap umat Islam dan ajarannya. Tujuannya adalah agar ajaran Islam dijauhi oleh pemeluknya, juga agama lain merasa takut terhadap Islam.
Islamophobia sedikit banyak telah merasuk kedalam jiwa umat Islam, banyak diantaranya yang justru takut terhadap ajaran agamanya sendiri. Padahal dalam surat Al-Hujurat: 6 telah diterangkan oleh Allah Swt yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum, tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkanmu menyesal atas perbuatanmu”.
Di Indonesia, Islam terus digambarkan sebagai agama yang mengajarkan kekerasan. Beberapa kali muncul bom bunuh diri, palakunya selalu mati di tempat, sehingga tidak bisa dikonfirmasi ke pelakunya. Lalu media gencar memberitakan bahwa pelakunya adalah orang Islam. Sehingga kemudian muncul anggapan bahwa umat Islam dan ajarannya sebagai sebuah ancaman bagi mereka.
Dimunculkan pula opini, bahwa sebagian kaum muslim yang menentang barat adalah teroris, ekstremis fundamentalis, dan sebutan-sebutan lainnya yang akhirnya mencitraburukkan Ialam.
Faktanya, setelah terjadi penyerangan di gedung WTC di Amerika Serikat, kemudian dijadikan program perang melawan terorisme, yang tak lain adalah perang melawan Islam, justru menjadi pemicu masuknya orang-orang barat ke dalam agama Islam.
Dilansir oleh The Pew on Religion and Public Life dalam laporan yang berjudul “Mapping the Global Muselim Population” menyebutkan bahwa “rata-rata di tiap negara bertambah dari satu juta menjadi 1,8 juta penganut” laporan terbaru yang dilakukan riset selama tiga tahun.
Demikian, Islamophobia merupakan upaya untuk membendung kekuatan kaum Muslimin, yang semakin lama semakin terlihat semangatnya untuk melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh. Semakin semangat untuk menyebarluaskan dakwah Islam, demi tercapainya negeri yang berkah dan di ridhai oleh Allah Swt.
“Dan sekiranya penduduk negeri ini beriman dan bertakwa, pasti kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf [7]: 96)
Pri Afifah
Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur