Moderasi Sejarah Islam: Tak Jujur pada Generasi
Upaya pemerintah melakukan moderasi beragama semakin kuat. Terutama di sekolah madrasah dan pesantren.
Terbaru, Kemenag mengadakan Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA/MAK. Kementerian Agama (Kemenag) meminta guru SKI untuk menyampaikan sejarah Islam secara komprehensif (Sindonews.com, 26/02/2021).
Sebelumnya, di bulan September 2020, Kemenag mengeluarkan surat edaran yang berisi penghapusan KI-KD tentang khilafah dan jihad. Alasannya untuk mencegah paham radikalisme di madrasah. SE ini mengundang reaksi publik, banyak pihak yang menolak. Kemenag tak jadi menghapus materi khilafah dan jihad, namun memoderasinya. Hingga, di November 2020, Kemenag merevisi 155 buku pelajaran Agama Islam.
Perlu Jujur dalam Menulis Sejarah
Sejarah adalah kunci masa depan. Bagaimana cara penyampaian sejarah kepada generasi, seperti itulah masa depan yang akan dibangun oleh generasi.
Sejarah kejayaan islam tak bisa terlepas dari sejarah kekhilafahan dan semangat jihad. Khilafah adalah suatu sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Penerapan syariat Islam kaffah oleh khilafah inilah muara kejayaan peradaban Islam. Syariat yang bersumber dari Allah SWT., Sang Maha Pencipta dan Pengatur alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Institusi yang menerapkannya secara kaffah, akan mendapatkan garansi dari Allah SWT., berupa kemenangan, keberkahan dan menjadi umat terbaik.
Inilah fakta historis yang tak terbantahkan. Kejayaan dan keagungan Islam yang melahirkan banyak para ilmuwan terkenal dan menjadi rujukan dunia, didukung oleh integrasi sistem islam. Will Durrant, sejarawan Barat menuliskan dalam bukunya “Story of Civilization”, ia mengatakan.
“Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.”
Apa yang dilakukan oleh para khalifah adalah pengejawantahan amanah kepemimpinannya. Yaitu mengurusi urusan rakyat dengan penerapan syariat Islam. Landasan keimanan melahirkan sosok pemimpin yang berdedikasi tinggi, memberikan yang terbaik untuk seluruh rakyat.
Dan tak perlu mengajarkan toleransi pada umat muslim. Kehidupan beragama dalam negara khilafah penuh dengan pujian. Tentang bagaimana baik dan adilnya perlakuan khilafah kepada warga non muslim. Bahkan jiwa, harta dan kehormatannya pun terjaga selama menjadi warga negara khilafah.
Pujian itu disampaikan sejarawan Kristen, Thomas Walker Arnold dalam bukunya “The Preaching of Islam: A History of Propagation Of The Muslim Faith”. Pujian senada disampaikan mantan biarawati, Karen Amstrong.
Adalah suatu ketidakjujuran ketika memoderasi sejarah Islam dengan mengatakan kejayaan Islam disebabkan umat Islam pada waktu itu bersikap inklusif, terbuka dan toleran. Hanya titik sampai di sana. Tanpa menjelaskan kehadiran suatu institusi pelaksana syariat Islam yang melahirkan peradaban emas.
Moderasi Sejarah Islam untuk Siapa?
Menuliskan sejarah Islam dengan jujur akan mencetak generasi visioner. Generasi yang merindukan hadirnya khilafah. Yang siap berjuang untuk merealisasikan bisyarah Rasulullah Saw. tentang kembalinya kekhilafahan yang mengikuti metode kenabian.
Kembalinya islam ke panggung dunia merupakan ancaman bagi kelangsungan peradaban kapitalisme. Watak kapitalisme yang rakus dan merusak, hanya melahirkan kesengsaraan bagi semua manusia termasuk ekosistem lingkungan. Hanya dua golongan yang diuntungkan oleh sistem kapitalisme, pemilik modal dan penguasa penjaga sistem.
Dan untuk terus memeras darah keringat rakyat dan mengeksploitasi alam, Barat menyusun strategi untuk mengulur waktu kembalinya kekhilafahan. Salah satunya dengan mengadu domba umat Islam. Golongan Islam moderat adalah yang menerima pemikiran Barat seperti demokrasi dan nasionalisme. Golongan Islam radikal adalah yang menolak pemikiran Barat dan ingin menegakkan syariat dan khilafah.
Barat mengucurkan dana yang tidak sedikit untuk golongan moderat. Program utamanya adalah moderasi Islam kepada masyarakat dan generasi. Harapannya, ide syariah dan khilafah meredam.
Barat lupa bahwa kembalinya khilafah adalah suatu keniscayaan, ibarat terbitnya matahari. Barat hanya mampu menutup mata semua orang, namun tak mampu menghalangi terbitnya matahari.
Jadi, moderasi sejarah Islam sarat dengan kepentingan Barat. Generasi muslim harus segera diselamatkan dengan penyampaian sejarah yang jujur dan benar. Agar mampu mengembalikan identitasnya sebagai umat terbaik menuju peradaban unggul. Wallahu a’lam []
Mahrita Julia Hapsari
(Praktisi Pendidikan)