Polemik Dua Anak Presiden: Kaesang dan AHY
Putra bungsu Presiden ke-7 tengah disorot, pasalnya muda yang pernah mengecup ilmu di Singapura itu nge-ghosting seseorang yang pernah singgah di hatinya.
Saya tidak tahu arah dan bagaimana sejatinya masalah ghosting itu, bagi saya itu ranah privasi dan tak harus berkecimpung terlalu dalam di sana. Takutnya tenggelam dan tak kembali lagi.
Cuma saya tertarik akan komentar netizen yang berseloroh begini, “Liat tuh, Kaesang ngadepin masalah sendiri aja. Gak pake minta bantuan bapaknya. Gak kayak AHY!”
Kata dan sindiran yang menohok sekali, bukan?
Saya tidak sedang mengerjakan salah satunya, karena saya bukan pendukung fanatiknya. Hanya ada kejanggalan di sana terlihat.
Pertama, masalah Kaesang itu pribadi artinya bisa akar dengan kekeluargaan. Sedangkan AHY terjerat polemik politik dan juga hukum. Bagaimana tidak partai yang ikut membesarkan “dibajak” oleh orang yang tadinya dicurigai akan “membajak”. Tentu AHY merasa marah karena ada kepentingan banyak individu di sana, meminta bantuan sah saja dilakukan. Kepentingan umum loh! Yang menusuk orang yang dekat kekuasaan lagi, hmp ..
Kedua, AHY dipersepsikan wujud dinasti kekuasaan maka bagi saya itu sudah biasa. Sebab kalau kita lihat partai besar lain pun sama menempatkan anak-menantu-cucu di pusat kekuasaan. Artinya hal demikian sudah biasa.
Ketiga, sindiran demikian mengingatakn saya pada saat AHY turun ke pilkada Jakarta tahun 2017, ada banyak yang mencibir Pak SBY membolehkan AHY hengkang dari dunia militer yang telah membesarkannya.
“Pak Jokowi tidak memaksakan kehendak, lihat anaknya tak satupun jadi politikus. Mereka melakukannya dengan tidak ikut jejak. Demokratis banget. Lihat Pak SBY, anak tengah moncer saja di militer dipaksa untuk memuaskan memiliki kekuatan kekuasaan.”
Tapi hari ini bagaimana? Sama saja akan. Jurus aji mumpung pun digunakan sehingga anak dan menantu Presiden duduk di kursi kekuasaan. Entah ke mana mereka yang dulu sok bijak menasihati Pak SBY. Padahal kata Presiden ke-6 itu ia tak anaknya berkecimpung. Itu murni pilihannya sendiri.
Sampai sini, saya bingung sendiri.
Maka dari sana dapat diabaikan bahwa masalah yang dihadapai berbeda. Medannya pun jauh. Kalau pun AHY meminta bantuan permintaan, sah saja. Karena lampu indikator partai dan lagian sudah bukan presiden aktif. Artinya secara etika dan hukum tak ada moral yang dilanggar.
Beda banget kalau Kaesang meminta bantuan pada permintaan dengan “kasus ghosting” itu. Pasti secara hukum dan etika akan bermasalah. Karena Presiden diminta rakyat Indonesia sampai 2024. Terkecuali meminta bantuan secara kekeluargaan, berbicara sebagai kepala keluarga. Ya, tak masalah.
Jadi, polemik dua anak akan kemana Presiden itu berakhir. Harapnya sih ending-nya bagus. Negeri kita sudah cukup bertumpuk masalah akut, kalau petingginya saja masih ribut memperebutan kekuasaan, rakyat bingung dengan berita kebutuhan … pada siapa lagi rakyat mengharapkan. Wallahu a’lam. []
Pandeglang, 21/11/21 08:28
Mahyudin An-Nafi