Austria Buka Kembali Masjid-Masjid yang Ditutup
Wina (SI Online) — Masjid di Wina, Austria, dibuka kembali oleh pemerintah setempat setelah sebelumnya direncanakan untuk ditutup. Hal ini dilakukan setelah asosiasi masjid setempat mengatasi permasalahan antara pengurus masjid dan pemerintah, demikian dilansir Republika Online (14/6).
“Kami terkejut ketika Pemerintah Austria memutuskan untuk menutup masjid,” kata Presiden Asosiasi Masjid Vienna Alperenler, Haci Yagci, dikutip Andalu Agency, Kamis (14/6).
Ia mengatakan, masjid tempat mereka beribadah telah berada di tempat yang sama sejak 1992. Hingga saat ini, Yagci menambahkan, tidak ada hal negatif yang dilakukan masjid ataupun umat Muslim yang ada di lokasi.
“Kami sebagai anggota dari Otoritas Agama Islam dan kami membayar biaya keanggotaan kami. Kami telah mengatasi permasalahan dan sekarang jamaah bisa datang dan beribadah,” kata Yagci.
Sebelumnya, Kanselir Austria Sebastian Kurz mengumumkan keputusannya untuk menutup tujuh masjid pekan lalu. Ia juga mengatakan akan mengusir 40 imam sebagai bagian dari tindakan keras terhadap apa yang disebut politik Islam.
Pemerintah mengatakan, 60 dari 260 imam di Austria kemudian diselidiki karena diduga memiliki hubungan dengan nasionalis Turki, seperti dilansir BBC, Jumat (8/6). Pada April lalu muncul gambar-gambar yang menunjukkan anak-anak dalam seragam tentara Turki memerankan kembali Pertempuran Gallipoli selama Perang Dunia Pertama.
“Kami bertindak tegas dan aktif terhadap perkembangan yang tidak diinginkan dan pembentukan masyarakat paralel, dan akan terus melakukannya jika ada pelanggaran hukum tentang Islam,” kata Kurz.
Reaksi Keras Turki
Kementerian Uni Eropa Turki bereaksi keras atas penutupan Masjid di Austria dan menyatakan tidak akan mengunjungi Austria. Itu dilakukan sebagai protes atas keputusan negara itu pekan lalu yang menutup tujuh masjid.
“Karena keputusannya, termasuk pengusiran 40 imam, Turki akan mengabaikan Austria yang akan dimulai pada 1 Juli,” kata Omer Celik mengatakan kepada saluran berita Haber Turk, Senin (11/6).
“Pemerintah Austria ibarat sebuah bom yang siap meledak untuk masa depan Eropa,” kata Celik tentang keputusan itu.
Celik juga menekankan Austria tidak memiliki pendekatan yang mewakili nilai-nilai UE. Selain itu, Turki akan mengambil langkah serius terhadap keputusan Austria.
Ia juga menuduh Kanselir Austria Sebastian Kurz bersikap tidak manusiawi. “Dia tidak dianggap serius di Eropa.”
“Ada keinginan untuk menormalkan hubungan dengan Austria, tetapi pada titik ini, kanselir Austria menjadi wakil dari Islamophobia dan rasisme,” kata Celik.
Kurz mengatakan pekan lalu langkah itu muncul sebagai bagian dari tindakan keras terhadap apa yang disebut “Islam politik.” Dalam gerakan itu, tujuh masjid harus ditutup, salah satunya milik Asosiasi Budaya Islam Turki (ATIB) dan 40 imam diusir dengan alasan didanai asing.
Pada tahun 2015, ketika Kurz menjadi menteri untuk Eropa, ia mendukung undang-undang tentang Islam Austria (Islamgesetz) yang antara lain, melarang pendanaan luar negeri untuk masjid dan imam. Undang-undang kontroversial itu dimaksudkan untuk mengembangkan Islam karakter Eropa, menurut Kurz.
“Kami bertindak tegas dan aktif terhadap perkembangan yang tidak diinginkan dan pembentukan masyarakat paralel, dan akan terus melakukannya jika ada pelanggaran hukum tentang Islam,” tulis Kurz di Twitter, dilansir laman Aljazeera.
Sumber : Republika.co.id