Serangan terhadap Al-Aqsa Adalah Serangan terhadap Umat Islam Sedunia
Di penghujung Ramadan, suara desingan peluru memecah keheningan malam di Al-Aqsa. Tiada lagi ketenangan di malam-malam iktikaf. Berganti tangisan dan teriakan perjuangan rakyat Palestina. Hujan bom membuat darah-darah suci tertumpah, menjadi saksi mulianya perjuangan. Sungguh rasa takut itu telah lama pergi, demi mempertahankan kehormatan kaum muslimin. Wahai dunia, sampai kapan lara terus menimpa bumi Palestina? Lalu, sampai kapan engkau terdiam?
Palestina kembali membara. Yahudi-Zionis kembali melakukan serangan terhadap umat Islam di kompleks Masjid Al-Aqsa pada Jumat (7/5/2021). Serangan ini berlanjut di malam-malam berikutnya di penghujung Ramadan. Tercatat 300 umat Islam terluka akibat serangan tersebut. (kompas.com, 11/5/2021).
Aksi kekerasan terhadap umat Islam Palestina ini sudah meningkat di Yerusalem dan Tepi Barat sejak seminggu sebelumnya. Tanda pagar #SaveSheikhJarrah pun bergaung di media sosial sebagai respon warganet terhadap pengusiran paksa keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur oleh pemukim Israel. Dikabarkan puluhan warga Palestina ditangkap oleh pasukan Israel karena memprotes penggusuran paksa. (hidayatullah.com, 10/5/2021).
Serangan Zionis Israel terhadap jemaah tarawih umat Islam di Masjid Al-Aqsa tak ayal lagi menuai kecaman dan kutukan global. Juru Bicara PBB Rupert Colville kepada wartawan di Kantor HAM PBB di Jenewa, mengatakan PBB mengecam semua kekerasan dan segala hasutan untuk melakukan kekerasan dan perpecahan etnis serta provokasi. Ia juga menyebut pasukan keamanan Israel harus memberikan kebebasan berekspresi, berserikat, dan berkumpul. (kompas.com, 11/5/2021).
Kecaman dan kutukan, menjadi respons yang terus berulang setiap tanah suci umat Islam ini membara. Sayangnya, berbagai kecaman dan kutukan tersebut nyatanya tidak mampu menghentikan serangan brutal pasukan Israel ke tubuh umat Islam. Sebaliknya, hanya menjadi gertakan tak didengar oleh mereka.
Kaum muslimin pun terus tak berdaya disekat nasionalisme semu. Semangat jihad dan ukhuwah dipaksa padam sebab jarak memisahkan. Hanya linangan air mata, aliran doa, dan sokongan materi yang tak seberapa; demi menyokong perjuangan muslim Palestina mempertahankan tanah milik kaum muslimin sedunia.
Sementara itu, mayoritas penguasa negeri-negeri muslim berlindung di balik pencitraan atas nama kecaman dan kutukan. Lantang mengutuk dan mengecam, tetapi tak berani mengirim pasukan militer guna menghentikan penjajahan Israel. Mereka tak ubahnya berbagai organisasi dunia, yang berada di balik kendali Israel dan Barat, hanya berani memberikan solusi diplomasi tanpa solusi hakiki. Padahal rakyat Palestina menunggu dibebaskan, sebagaimana pasukan Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan Palestina.
Serangan, penghinaan, dan pelecehan Zionis Israel dengan menumpahkan darah mulia kaum muslimin di Masjid Al-Aqsa, sejatinya merupakan serangan, penghinaan, dan pelecehan terhadap seluruh kaum muslimin di dunia. Kebiadaban mereka tidak dapat dihentikan dengan kecaman dan kutukan, tetapi dengan pasukan militer dari tentara-tentara kaum muslimin. Sungguh Palestina menunggu dibebaskan oleh pasukan kaum muslimin yang seberani dan setangguh Al-Ayyubi!
Tak ayal lagi, menjadi kebutuhan mendesak untuk menyatukan ghirah jihad dan ukhuwah umat Islam dalam naungan sebuah perisai (junnah) yang hakiki, yakni khilafah. Khilafah merupakan alat dan simbol persatuan umat Islam seluruh dunia. Khilafah akan menyatukan umat Islam yang tercerai berai dalam satu ikatan akidah, aturan, pemikiran, dan perasaan yang sama, yakni Islam.
Khilafah merupakan perisai dan penjaga kaum muslimin. Di bawah naungannya, darah, jiwa, harta, raga, dan kehormatan kaum muslimin akan terjaga. Khilafahlah satu-satunya institusi negara, yang berani mengirimkan pasukan militer terbaiknya untuk membebaskan dan mengakhiri dominasi Zionis Yahudi di atas bumi Palestina. Khilafahlah yang akan mengembalikan harta, tanah, dan kehormatan umat Islam seluruh dunia. Khilafahlah yang akan menjamin dan melindungi penduduk Palestina sepanjang eksistensinya.
Wahai, para penjaga Islam yang terpercaya! Ramadan adalah bulan perjuangan, bulan jihad yang mulia. Sebagaimana sejarah mencatat dengan tinta emas, bagaimana dua peristiwa besar Perang Badar Al-Qubra dan Fathul Makkah terjadi di bulan suci ini. Dua peristiwa besar yang menjadi kunci kemenangan dakwah Rasulullah Saw. dan para sahabat.
Selayaknya pengikut Baginda Nabi Saw semestinya kita menjadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk meningkatkan persatuan dan ukhuwah kaum Muslimin. Menggencarkan ghirah perjuangan kita untuk mengembalikan khilafah sebagai perisai dan penjaga umat Islam sedunia. Alhasil, membebaskan tanah Palestina dan mengembalikan kehormatan umat Islam adalah sebuah keniscayaan! Wallahu’alam bishshawab.
Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan.