Pertahankan Tanah Palestina, Sultan Abdul Hamid II Tolak Uang Suap dari Herzl
Jakarta (SI Online) – Upaya bangsa Yahudi untuk menguasai tanah Palestina –milik umat Islam– berlangsung selama puluhan tahun dan dengan rencana yang sistematis.
Rencana pendirian negara Israel itu dilakukan dengan melakukan segala macam cara dari sejak Palestina masih dikuasai oleh Khilafah Turki Utsmani.
Salah satunya saat krisis Palestina mulai mengglobal dan menginternasional pada saat pemerintahan Turki Utsmani dipimpin Sultan Abdul Hamid II. Saat itu, kondisi Turki Utsmani pun tidak sekuat era-era sebelumnya, alias terus melemah.
Saat itu, para pemuka Yahudi dengan bantuan Inggris, berusaha keras untuk mewujudkan tempat bermukim bagi mereka di daerah Palestina. Mereka berupaya untuk memicu timbulnya krisis keuangan di Negara Turki Utsmani.
Demikian dikutip dari buku “10 Isu Global di Dunia Islam”, karya Akhmad Jenggis P yang diterbitkan NFP Publishing.
Theodore Herzl, tokoh Zionis Yahudi saat itu yang sering dijuluki juga sebagai ‘the father of modern Zionism’, pada tahun 1902 datang kepada Sultan Abdul Hamid II dan menyodorkan sejumlah tawaran.
Tawaran yang diberikan ini bukan main-main. Pertama adalah paket hadiah sebesar 150 juta poundsterling untuk pribadi Sultan. Uang itu setara dengan Rp3 triliun sekarang ini, mengacu kurs Rp20.000 per poundsterling.
Selain itu, akan dibayarkan semua utang pemerintah Turki Utsmani yang saat itu mencapai 33 juta poundsterling, akan dibuatkan kapal induk untuk menjaga pertahanan pemerintahan Utsmani senilai 120 juta frank, akan diberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta poundsterling dan akan dibangunkan sebuah universitas Utsmani di Palestina.
Tetapi, tawaran menggiurkan delegasi Yahudi itu ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II. Melalui perdana menterinya, Tahsin Basya, Sultan menyampaikan pesan:
“Nasehati Mr. Herzl, agar dia tidak terlalu serius menanggapi masalah ini. Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina, sebab ini bukan milik pribadiku, tetapi milik rakyat. Rakyatku telah berjuang untuk memperolehnya sehingga mereka siram dengan darah mereka. Silahkan Yahudi itu menyimpan kekayaan mereka yang milyaran itu. Bila pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, maka tubuhku terpotong-potong adalah lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari pemerintahanku.”
Namun pada akhirnya Turki Utsmani pun diruntuhkan dengan berbagai cara. Setelah Negara Kekhalifahan Turki Utsmani berhasil dirobohkan pada tahun 1924, Yahudi berhasil mewujudkan mimpinya dengan merampas Palestina dan mendirikan institusinya yang ditopang oleh negara-negara imperialis Inggris dan Amerika Serikat pada 1948. []