Tuan Penguasa, Corona Mengganas Saatnya Bermuhasabah!
Kasus Covid-19 di dalam negeri terus memecahkan rekor tiap harinya. Alih-alih terkendali, sebagaimana kata Pak Menteri, lonjakannya justru meningkat tinggi. Kasus positif harian bahkan memecahkan rekor tertinggi pada Kamis (15/7/2021), yakni 56.757 kasus. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat per Ahad (18/7/2021), jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 2.877.476 kasus, dengan total kematian mencapai 73.582 kasus.
Beberapa kali memecahkan rekor kasus Covid-19, membuat Indonesia menggeser India sebagai episentrum Covid-19 di Asia. Ahli epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman bahkan menilai, Indonesia bukan lagi episentrum Covid-19 di Asia, melainkan di dunia. Sebab menilik angka kematian Covid-19 per 1 juta penduduk, juga menjadi penambahan tertinggi di dunia. (detik.com, 15/7/2021).
Sukses menyandang predikat episentrum Covid-19 di dunia, semestinya membuat tuan penguasa lebih fokus dan serius lagi menuntaskan pandemi. Jangan terus menebar janji dan pencitraan, sedangkan kebijakannya kontra produktif, bahkan sarat kepentingan para kapitalis. Sebab, beragam solusi yang diterapkan, nyata hanya berganti nama, tetapi dengan isi yang sama. Tetap bertumpu pada untung-rugi, dengan dalih penyelamatan ekonomi.
Terbaru, PPKM darurat yang dipilih sebagai solusi untuk mengendalikan ledakan Covid-19, nyatanya justru membuat rakyat sekarat. Alih-alih mendapat dukungan rakyat, berbagai masalah dan penolakan justru timbul sebagai imbas pemberlakuan PPKM darurat.
Bagaimana rakyat tidak menolak, jika PPKM darurat justru mengancam aktivitas kaum papa mencari sesuai nasi. Di sisi lain, kocar-kacirnya keuangan negara sebab hantaman utang, membuat tuan penguasa tidak memiliki kemampuan untuk mencukup kebutuhan pokok rakyatnya. Rakyat dipaksa di rumah saja, sedangkan kebutuhan pangannya tidak dipenuhi.
Kondisi rakyat pun makin pilu, sebab kolapsnya sistem kesehatan nasional. Ketidakmampuan tuan penguasa mengantisipasi rekor peningkatan kasus, berdampak pada membludaknya rumah sakit, dan kelangkaan sarana penunjang pelayanan Covid-19. Terbukti, di sejumlah daerah dikabarkan terjadi kelangkaan tabung oksigen dan kekosongan stok oksigen.
Kolaps dan penuhnya layanan rumah sakit pun memicu kematian tinggi pasien isolasi mandiri. LaporCovid-19 mencatat jumlah kasus kematian pasien isolasi mandiri dan di luar rumah sakit meningkat. Hasil lacak sejak Juni hingga 14 Juli 2021 dari 14 provinsi dan 69 kabupaten kota, mencatat ada 617 kasus kematian terjadi.
Co-Inisiator Lapor COVID-19 Ahmad Arif menyebut kebanyakan (kasus kematian pasien isoman) terjadi karena mereka sebelumnya isoman dan tidak terpantau, sedangkan saat datang ke fasilitas kesehatan, kondisinya sudah berat dan rumah sakit penuh. (tirto.id, 18/7/2021).
Masih menurut LaporCovid-19, kematian Nakes pun tidak kalah tinggi. Tercatat 180 nakes meninggal pada pertengahan Juli 2021, mencatatkan rekor tertinggi sepanjang pandemi di Indonesia. Sejak Maret 2020 hingga 16 Juli 2021, tercatat ada 1.299 nakes meninggal dunia. (tirto.id 16/7/2021).
Mirisnya, saat PPKM darurat makin mencekik ekonomi rakyat, standar ganda penguasa kental diperlihatkan secara arogan. Pintu masuk bagi TKA China dibuka lebar-lebar, bahkan diberi karpet merah, sedangkan warung-warung pedagang kaki lima dipaksa tutup. Tidak sedikit bentrokan terjadi antara pemilik warung dan Satpol PP di lapangan. Herannya, kontra dengan sikap tuan penguasa yang hanya diam melihat TKA melenggang bebas.
Sedihnya, saat rakyat dijerat berbagai problematika berat di tengah pandemi. Masih ada saja polah tingkah Pak Menteri yang membuat rakyat mengelus dada. Alih-alih ikut memikirkan solusi menuntaskan pandemi, malah berasyik ria mengomentari sinetron para selebritis. Tak sadar atau mungkin lupa bahwa dirinya menteri. Entah, hilang kemana rasa empati dan peduli milik Pak Menteri.
Sungguh, PPKM darurat makin membuka mata dan hati rakyat bahwa tuan penguasa tidak hanya gagal melindungi kemaslahatan rakyat, tetapi juga nyawa rakyat. Sebaliknya, dengan dalih penyelamatan ekonomi, tuan penguasa makin nyata berpihak pada kepentingan para kapitalis. Di sisi lain, PPKM darurat juga makin membuka borok tuan penguasa yang makin tidak peka terhadap kondisi rakyat.