Tanggapi Ceramah Nyeleneh Buya Syakur di Mabes Polri, Habib Abu Bakar Assegaf: Sesepuhnya Liberal!
Jakarta (SI Online) – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Pasuruan, Jawa Timur, Habib Abubakar Assegaf mengomentari pernyataan KH Abdul Syakur Yasin di acara moderasi agama di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, yang viral di media sosial (medsos).
Salah satu pernyataan nyleneh Buya Syakur -panggilan akrabnya- dalam acara tersebut adalah Islam bukan agama sempurna. Habib Abubakar pun menyentil pernyataan tersebut.
“Buya Syakur ini sesepuhnya liberal, memang biasa bicara agama dengan main akal-akalan dan lihai bermain retorika. Hati2 jangan terkecoh, beliau cuma dijadikan pion dari program moderasi agama yang merupakan kelanjutan dari Islam Nusantara,” katanya lewat akun Twitter, @abubakarsegaf dikutip Senin (01/11/2021).
Berdasarkan penelusuran, acara ‘Moderasi Beragama Merajut Nasionalisme dan Toleransi Beragama’ di Mabes Polri, Jakarta disiarkan langsung lewat akun channel Youtube KH Buya Syakur Yasin MA pada 1 Juni 2021 lalu.
Buya Syakur adalah pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Menurut Buya Syakur, Nabi Muhammad Saw menjamin siapa yang mendukung persatuan akan masuk surga. Sekarang, ada anggapan orang yang mengucapkan kalimat tasbih, yaitu lailahaillallah masuk surga, kata Buya Syakur, menjadi tidak masuk akal.
“Masa masuk surga dengan ucapan? Memangnya film Barbie. Memangnya film Aladin? Jadi yang dijamin masuk surga adalah yang mendukung Nabi dalam rangka mendukung persatuan,” ucapnya.
Buya Syakur juga menyinggung soal era kepemimpinan Nabi Muhammad Saw yang bisa menyatukan umat Islam selama 23 tahun. Nabi Muhammad, kata dia, sudah menunaikan tugas dengan sempurna.
“Ayat ini isinya menyatakan Nabi Muhammad telah menyelesaikan tugasnya sebagai Rasul sebagai sempurna, tetapi pemahamannya bergser lagi, yaitu beranggapan Islam adalah agama sempurna. Mana mungkin di dunia ada kesempurnaan,” kata dia.
“Kalau gitu perbudakan masih boleh? Beli perempuan masih boleh? Jual beli manusia boleh? Di Al-Qur’an tidak dilarang, jadi artinya bahwa Islam belum pernah sempurna dan Nabi mengatakan tidak ada pernah sempurna, dan akan dilanjutkan generasi kita setelah itu, siapa yang meneruskan ya al-ulama,” kata dia. []