Rasulullah Saw pun Menghibur Anak-Anak
Rasulullah Saw adalah tipe laki-laki yang mencintai anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Di dalam sirah, kita akan mendapati Rasulullah meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak.
Usamah bin Zaid bercerita, “Rasulullah pernah mendudukkan aku di satu pahanya dan mendudukan Hasan di paha yang satunya. Kemudian beliau merangkul kami berdua sambil berdoa: “Ya Allah cintailah keduanya, sungguh aku mencintai mereka berdua.” [HR Bukhari, Ahmad, Ibnu Hibban, Nasai]
Lihatlah juga bagaimana Rasulullah menghibur seorang anak yang bersedih karena burungnya mati. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw mengunjungi Ummu Sulaim. Ummu Sulaim mempunyai seorang anak dari Abu Thalhah, yang biasa dipanggil Abu Umair. Rasulullah senang bermain dengan anak ini. Suatu ketika beliau melihatnya sedang bersedih. “Kenapa Abu Umair bersedih?” tanya Rasulullah. Orang-orang di sekitarnya menjawab, “Burungnya, teman bermainnya, mati.” Rasulullah lalu bersabda kepadanya, “Abu Umair, ada apa dengan burung kecilmu?”[HR. Ahmad]
Beliau tidak hanya peduli dengan perasaannya, tapi juga turut berduka dan berusaha untuk menghiburnya. Padahal anak ini adalah anak seorang pembantu Rasulullah. Dari sini kita bisa melihat betapa tinggi kasih sayang dan ketawadhuan yang ada dalam hati Rasulullah Saw.
Rasulullah juga memberikan perhatian khusus kepada pendidikan anak perempuan. Beliau mengetahui bahwa kebanyakan orang—terutama di lingkungan Arab—lebih menyukai anak laki-laki. Rasulullah memberi janji pahala yang sangat besar bagi yang mendidik anak perempuan.
Rasulullah bersabda: “Siapa yang memelihara dua orang anak perempuan sampai mereka balig, maka di hari kiamat nanti aku dan dia seperti ini (beliau lalu merapatkan jari jemarinya).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Hakim)
Rasulullah tidak mau membebani anak-anak dengan sesuatu yang berada di luar kemampuan mereka. Contoh kasih sayang ini terjadi pada perang Uhud. Saat itu beberapa orang anak meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut perang. Namun, Rasulullah menolaknya karena usia mereka yang masih belia. Di antara anak-anak itu adalah Abdullah bin Umar bin Khathab, Usamah bin Zaid, Usaid bin Dhahir, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arqam, Arabah bin Aus, Amru bin Hazm, Abu Sa’id Al-Khudri, Sa’ad bin Habbah, dan lainnya.
Bandingkan dengan jumlah anak-anak yang saat ini dimanfaatkan untuk kepentingan perang di berbagai belahan dunia. Menurut laporan kondisi sosial PBB (Taqrirul Halatil Ijtimaiyah Ash-Shadir Anil Umamil Muttahidah tahun 2005, hal 121), lebih dari 300.000 anak di dua puluh negara dipersenjatai dengan paksa untuk berlatih perang.
Perhatian Rasulullah kepada anak-anak ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali. Sampai-sampai anak-anak selalu menyambut kedatangan beliau untuk diajak bercanda dan bermain. Seakan-akan beliau tidak punya pekerjaan selain bermain-main dengan mereka.
Abdullah bin Ja’far meriwayatkan, “Apabila Rasulullah kembali dari perjalanan, beliau disambut oleh anak-anak dari ahli baitnya. Suatu ketika beliau pulang dan akulah yang paling awal menyambut beliau. Aku langsung dinaikkan di depan beliau, kemudian datang seorang anak Fathimah yang segera dibonceng di belakang beliau. Kami bertiga pun masuk Madinah di atas kendaraan tunggangan beliau.”[HR Muslim]