JK: Muhammadiyah Holding Company, NU seperti Franchise
Jakarta (SI Online) – Jika diibaratkan dengan perusahaan, Nahdlatul Ulama (NU) tidak ubahnya sebuah franchise besar yang memiliki banyak cabang, tetapi aset-asetnya dimiliki individu yang berbeda-beda. Sementara Muhammadiyah, adalah holding company.
Perumpamaan itu disampaikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Halaqoh Satu Abad NU bertema “Gagasan Kontributif Membangun Kemandirian Ekonomi Nahdliyyin” di Kantor DPP PKB, Jl. Raden Saleh, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (02/12/2021).
Aset-aset NU, kata JK, berbeda sama sekali dengan apa yang dikelola Muhammadiyah di mana setiap aset mulai aset pendidikan sampai kesehatan semuanya menjadi milik organisasi.
“Tadi disampaikan bahwa ribuan pesantren di INA (Indonesia) sebagian besar dimiliki oleh NU. Bukan milik NU tapi milik orang NU, ada bedanya,” kata Anggota Musytasyar PBNU Periode 2015-2020 itu, seperti dilansir Rmol.id.
“Berbeda dengan Muhamadiyah, kalau Muhammadiyah rumah sakit, sekolah itu milik Muhammadiyah, arsip Muhammadiyah, tapi kalau NU milik para kiai orang NU,” sambungnya.
Tata kelola NU, lanjut politisi sekaligus pengusaha itu, mirip seperti franchise waralaba makanan cepat saji McDonald’s. Di mana, perusahaan besar asal Amerika Serikat itu bisa dikenal di seluruh penjuru dunia.
“Jadi saya sering minta maaf saya katakan, kalau NU itu kaya franchise, McDonald’s. Semua McDonald’s itu adalah yang punya beda-beda. Kalau Muhammadiyah murni holding company, dari atas sampai ke bawah dia punya sendiri,” terangnya.
Meski begitu, lanjut Ketua Umum DMI ini, warga Nahdliyyin sebetulnya memiliki satu kebanggaan yakni bagaimana jiwa berwirausaha mampu membangun ribuan pesantren secara mandiri.
“Saya bilang orang-orang NU itu entrepreneurshipnya itu tinggi. Karena bisa dirikan pesantren ribuan,” pungkasnya.
Acara yang dibuka Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar ini dihadiri ekonom senior Rizal Ramli dan kader PKB di DPR RI.
red: a.syakira