Janganlah Turut Menyiarkan Aktivitas Kemusyrikan dengan Shalawat
Wahai saudara muslim, ketahuilah bahwasannya agama Islam memiliki konsep syiar, yakni meramaikan kegiatan keagamaan.
Orang yang ikut meramaikan kegiatan keagamaan seperti shalat Jumat, shalat berjamaah, takbir keliling pada hari raya Idulfitri, artinya dia terlibat dalam syiar agama yang pelakunya mendapatkan pahala karena dia telah meramaikan kegiatan yang saleh yang diridhai oleh Allah SWT.
Lalu bagaimana jika seseorang ikut meramaikan kegiatan Natalan dengan shalawat?
Kita lihat bagaimana kegiatan natalan itu. Yang pertama dia adalah perayaan atas klaim hari kelahiran Nabi Isa as yang dikira tuhan oleh kaum Nasrani. Yang kedua kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang menuhankan selain Allah. Tentu saja ini adalah kegiatan yang paling dimurkai oleh Allah, ini terbukti dengan ancaman masuk neraka selamanya bagi yang meyakini adanya tuhan selain Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
Setelah kita ketahui bahwa kegiatan natalan adalah kegiatan yang paling dimurkai oleh Allah, maka bagaimana mungkin seorang hamba Islam berani ikut meramaikan kegiatan yang paling dimurkai tuhannya dengan bershalawat kepada nabinya?
Sejenak mari kita berpikir, jangankan bersholawat di gereja untuk mensyiarkan kegiatan kemusyrikan, bershalawat atau dzikir di WC saja sudah dilarang. Larangan tersebut tidak hanya karena WC adalah tempat kotor, namun juga karena ada unsur merendahkan ketika kalimat-kalimat thayyibah dilafadzkan di sana.
Secara teknis, WC bukanlah tempat yang dimurkai oleh Allah, maka dalam perspektif syariat, WC jauh lebih baik dari pada gereja yang diisi oleh kegiatan menyekutukan Allah karena di sanalah murka Allah turun terhadap manusia yang menentang ke-Esaan-Nya.
Maka bershalawat di Gereja pada acara natalan jauh lebih buruk dalam pandangan syariat daripada bershalawat di WC karena mengandung unsur sangat merendahkan kalimat thayyibah.