Ketaatan dan Keringanan Berdakwah
Tidak dipungkiri hari ini begitu banyak tantangan dalam dakwah. Baik yang datang dari dalam diri pengembannya maupun datang dari luar. Yakni sistem hari ini bagaikan kerangkeng yang dapat menggeruskan aktifitas kebaikan, malah mencondongkan diri untuk diam, tidak bergerak dan merasa berada di zona nyaman.
Sebagai pengemban dakwah yang menyampaikan Islam, ketaatan pada Allah SWT dan RasulNya adalah syarat mutlak. Tak hanya itu, mengerjakan amal shalih, menegakkan ibadah sunnah dan meninggalkan hal yang diharamkan adalah kebutuhan. Ketaatan ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, surah An-Nisa ayat 59 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Sebagai pengemban dakwah tentu mempunyai amanah untuk menyampaikan Islam dan mengajak umat kembali pada kehidupan Islam. Bagaimana agar aktifitas ini menjadi ringan, tak tergerus pada zona nyaman dan terus bergerak bergerak menyampaikan kewajiban suci ini?
Ketaatan pada Allah SWT dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Mengerjakan semua kewajiban yang diperintahkan seperti shalat khusyu’ tidak ditunda-tunda, membaca Al-Qur’an, menegakan salat malam, berpuasa, dan sebagainya. Selain ketaatan pengemban dakwah juga harus memperhatikan nafsiyah pada dirinya dan menambah tsaqafah Islam agar penyampaian dakwah kepada umat dapat dipahami secara utuh.
Apabila kewajiban dan ketaatan kepada Allah SWT telah dijalankan sebagaimana Allah SWT perintahkan dan salat malam ditegakkan dengan rasa ringan dan tidak berat, maka aktifitas yang lain pun otomatis Allah SWT akan mudahkan.
Ada sebuah mahfuzhat yang berbunyi, “Barang siapa berjalan pada jalannya sampailah ia.”
Mahfuzhat ini memberikan pemahaman bahwa selama kita tetap berjalan pada rute atau jalan yang telah ditentukan maka kita akan sampai pada tujuan. Begitu pula dalam dakwah. Apapun rintangan, ujian, dan hambatan yang dihadapi dalam dakwah maka harus tetap berada di atas manhaj dakwah, tidak mencoba untuk mencari jalan lain yang dirasa lebih mudah dan tidak membahayakan. Yakni tetap berpegang kepada bagaimana thariqah dakwah Rasulullah Saw dalam berdakwah. Mengikuti thariqah dakwah Rasulullah Saw berdakwah dari kota Makkah hingga daulah Islam di Madinah tegak.
Pun demikian dengan untuk melanjutkan kehidupan Islam ini. Yakni dakwah dalam rangka mengembalikan kehidupan Islam, sebagaimana kehidupan Islam di masa Rasulullah Saw dan pada masa sahabatnya. Lagipula, mengikuti thariqah dakwah Rasulullah Saw adalah suatu kewajiban. Allah SWT berfirman,