NUIM HIDAYAT

Google vs Persaingan Senjata

Apa hikmah yang kita petik dari Google? Penyebaran ilmu. Penyebaran kebaikan yang tidak lagi mengenal batas negara. Penyebaran informasi agar manusia dengan sangat cepat menjawab kebutuhannya. Penyebaran kebaikan agar manusia dapat membantu satu dengan yang lainnya di dunia ini.

Tapi meski membanjir kebaikan yang dilakukan Google. Google juga membuat dosa, yaitu ia ikut membantu penyebaran pornografi atau game-game yang merusak akal manusia. Kalau Google bertekad untuk memberi kebaikan kepada seluruh manusia di dunia ini, maka ia harus berani menghapuskan hal-hal semacam itu.

Dengan adanya google (internet) sebenarnya persaingan senjata tidak diperlukan lagi. Bila manusia mampu melakukan revolusi untuk menciptakan google, harusnya manusia mampu pula untuk merevolusi dunia dengan menghancurkan persenjataan-persenjataan militer di dunia.

Perlombaan senjata -yang sewaktu-waktu akan digunakan untuk memusnahkan manusia lainnya- inilah yang akan merusak manusia sendiri. Ribuan sekolah dibangun, ribuan rumah diadakan, tapi dengan segenggam bom nuklir semua bisa hancur.

Maka bila manusia ingin perdamaian internasional, jalan satu-satunya adalah dengan menghancurkan semua persenjataan militer di dunia.

Dalam era dunia seperti desa kecil ini saatnya dunia ditata dengan ilmu, bukan dengan senjata. Dengan dialog, musyawarah bukan dengan menang-menangan. Dengan akal bukan dengan okol.

Para pemimpin dunia bila ingin benar-benar mewujudkan perdamaian internasional, harus melakukan ini. Kalau tidak, sewaktu-waktu umat manusia akan menderita. Seperti kejadian di Ukraina sekarang (Irak, Palestina, Yaman, Syria dll).

Kebahagian manusia di dunia bukan dengan cara menaklukkan orang lain. Kebahagiaan akan diperoleh dengan memberi kebahagiaan pada orang lainnya. Mudah-mudahan penghancuran senjata di dunia suatu saat akan terwujud. Karena diera internet ini senjata militer tidak dibutuhkan, yang dibutuhkan adalah senjata akal dan jiwa.

Inilah hikmahnya surat an Naas adalah surat terakhir dalam Al-Qur’an. Karena manusia semua sama di dunia ini. Manusia membutuhkan Tuhan untuk mengatasi permasalahannya. Manusia membutuhkan Rabb untuk mengatasi permasalahan manusia yang satu dengan yang lainnya dengan adil.

Firman Allah SWT:

ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§Ū¤Ų”Ł Ų°ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų¬ŁŪ™ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁˆŁ’Ų¹ŁŁˆŁ’ŲÆŁŪ™ ŁˆŁŽŲ“ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁ ŁˆŁ‘ŁŽŁ…ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŁˆŁ’ŲÆŁŪ— Ł‚ŁŲŖŁŁ„ŁŽ Ų§ŁŽŲµŁ’Ų­Ł°ŲØŁ Ų§Ł„Ł’Ų§ŁŲ®Ł’ŲÆŁŁˆŁ’ŲÆŁŪ™ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł Ų°ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’ŲÆŁŪ™ اِذْ Ł‡ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŽŲ§ Ł‚ŁŲ¹ŁŁˆŁ’ŲÆŁŒŪ™ ŁˆŁ‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ł…ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁŁ’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų“ŁŁ‡ŁŁˆŁ’ŲÆŁŒ Ū— ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŁ‚ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁ‘ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ بِاللّٰهِ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ²ŁŁŠŁ’Ų²Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’ŲÆŁŪ™ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ł„ŁŽŁ‡Ł— Ł…ŁŁ„Ł’ŁƒŁ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…Ł°ŁˆŁ°ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŽŲ±Ł’Ų¶Ł Ū—ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł Ų“ŁŽŁ‡ŁŁŠŁ’ŲÆŁŒ Ū— Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁŁŽŲŖŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†Ł°ŲŖŁ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲŖŁŁˆŁ’ŲØŁŁˆŁ’Ų§ ŁŁŽŁ„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁ Ų¬ŁŽŁ‡ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł‚ŁŪ— Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ„ŁŁˆŲ§ الصّٰلِحٰتِ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų¬ŁŽŁ†Ł‘Ł°ŲŖŁŒ ŲŖŁŽŲ¬Ł’Ų±ŁŁŠŁ’ مِنْ ŲŖŁŽŲ­Ł’ŲŖŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ų§ŁŽŁ†Ł’Ł‡Ł°Ų±Ł Ū•Ū— Ų°Ł°Ł„ŁŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŁˆŁ’Ų²Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲØŁŁŠŁ’Ų±ŁŪ— Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŲØŁŽŲ·Ł’Ų“ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ Ł„ŁŽŲ“ŁŽŲÆŁŁŠŁ’ŲÆŁŒ Ū— Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł— Ł‡ŁŁˆŁŽ ŁŠŁŲØŁ’ŲÆŁŲ¦Ł ŁˆŁŽŁŠŁŲ¹ŁŁŠŁ’ŲÆŁŪš ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲÆŁŁˆŁ’ŲÆŁŪ™ Ų°ŁŁˆ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ±Ł’Ų“Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ¬ŁŁŠŁ’ŲÆŁŪ™ ŁŁŽŲ¹Ł‘ŁŽŲ§Ł„ŁŒ Ł„Ł‘ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ±ŁŁŠŁ’ŲÆŁŪ— Ł‡ŁŽŁ„Ł’ Ų§ŁŽŲŖŁ°Ł‰ŁƒŁŽ Ų­ŁŽŲÆŁŁŠŁ’Ų«Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ†ŁŁˆŁ’ŲÆŁŪ™ ŁŁŲ±Ł’Ų¹ŁŽŁˆŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ«ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’ŲÆŁŽŪ— ŲØŁŽŁ„Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁƒŁŽŁŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ ŁŁŁŠŁ’ ŲŖŁŽŁƒŁ’Ų°ŁŁŠŁ’ŲØŁŪ™ ŁˆŁ‘ŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡Ł مِنْ ŁˆŁ‘ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ū¤Ł‰Ł•ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł…Ł‘ŁŲ­ŁŁŠŁ’Ų·ŁŒŪš ŲØŁŽŁ„Ł’ Ł‡ŁŁˆŁŽ Ł‚ŁŲ±Ł’Ų§Ł°Ł†ŁŒ Ł…Ł‘ŁŽŲ¬ŁŁŠŁ’ŲÆŁŒŪ™ ŁŁŁŠŁ’ Ł„ŁŽŁˆŁ’Ų­Ł Ł…Ł‘ŁŽŲ­Ł’ŁŁŁˆŁ’ŲøŁ ࣖ

“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan demi hari yang dijanjikan. Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah kemenangan yang agung. Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras. Sungguh, Dialah yang memulai pen-ciptaan (makhluk) dan yang menghidupkannya (kembali). Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih, yang memiliki ā€˜Arsy, lagi Mahamulia, Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki. Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara (penentang), (yaitu) Firā€˜aun dan Samud? Memang orang-orang kafir (selalu) mendustakan, padahal Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat lolos). Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al Buruj: 1-22)

Wallahu azizun hakim. Kepada Allah lah kita serahkan urusan dunia ini, setelah kita berusaha maksimal untuk melakukan perbaikan (islah) di dunia ini.

“…Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.” (QS Huruf 88). []

Nuim Hidayat, Penulis buku Imperialisme Baru

Artikel Terkait

Back to top button