Islamofobia dan Pengaruhnya terhadap Generasi Muda
Generasi muda adalah tongggak dan penerus peradaban. Pemuda Islam merupakan penggerak dakwah yang pasti akan menggantikan generasi sebelumnya. Namun, apa jadinya jika generasi muda ini justru terasing dengan agamanya sendiri?
Dewasa ini marak dijumpai anak-anak muda Islam yang justru waspada terhadap ajaran agama Islam. Mereka menjadi pilah-pilih, bahkan beberapa diantaranya berpandangan melenceng terhadap golongan yang tidak sepaham dengan mereka, mereka mengembangkan rasa takut terhadap beberapa kelompok yang dianggap berciri khusus. Ini merupakan salah satu dampak fenomena Islamofobia yang tidak hanya menjamur di kalangan non-muslim namun juga di tengah masyarakat Islam sendiri.
Islamofobia adalah ketakutan, kebencian dan permusuhan terhadap Islam dan muslim yang diabadikan oleh stereotype negatif yang menyebabkan bias, marginilisasi, diskriminalisasi, dan eksekusi orang Islam dari kehidupan sosial, politik dan sipil (Wajahat Ali, 2011).
Terlebih di era digitalisasi sekarang ini, generasi muda menempati peran besar dalam dunia global. Menjadi pengguna teraktif di sosial media, sementara sosial media menjadi salah satu penyumbang terbesar menyebarnya paham Islamofobia.
Hasil sebuah riset memparkan bahwa sepanjang tahun 2002 di Indonesia, media Barat terutama di AS tidak berimbang dalam memberitakan isu seputar terorisme global. Sebagian media di Barat melalui pemberitaannya cenderung mengidentikkan Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan dan umat Islam sebagai dalang terorisme global. Hal ini dibuktikan dengan pemberitaan miring terkait terorisme di beberapa media Barat seperti Time Magazine, The New York Times, USA Today dan lainnya.
Padahal baik dalam Al-Qur’an maupun hadis dengan gamblang dijelaskan betapa antinya Islam terhadap terorisme. Dalam QS. Al Maidah ayat 33 Allah SWT menjelaskan:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kelahirannya), yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan terhadap mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaaan yang besar.”
Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ أَمِيرًا مِنْ أُمَرَاءِ الْفِتْنَةِ قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَكَانَ قَدْ ذَهَبَ بَصَرُ جَابِرٍ فَقِيلَ لِجَابِرٍ لَوْ تَنَحَّيْتَ عَنْهُ فَخَرَجَ يَمْشِي بَيْنَ ابْنَيْهِ فَنُكِّبَ فَقَالَ تَعِسَ مَنْ أَخَافَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ابْنَاهُ أَوْ أَحَدُهُمَا يَا أَبَتِ وَكَيْفَ أَخَافَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ مَاتَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَخَافَ أَهْلَ الْمَدِينَةِ فَقَدْ أَخَافَ مَا بَيْنَ جَنْبَيَّ
Dari Jabir bin Abdullah, salah seorang pemimpin jahat datang ke Madinah. Ketika itu Jabir telah buta, maka dikatakan kepadanya, “Sebaiknya engkau menyingkir daripadanya.” Jabir lantas berjalan dengan dipapah kedua anaknya hingga ia disandarkan, kemudian dia berkata, “Celakalah orang yang meneror Rasulullah ﷺ.” Lalu kedua anaknya atau salah satu dari keduanya berkata, Wahai ayahku bagaimana dia bisa meneror Rasulullah ﷺ padahal beliau telah meninggal? (Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhuma) menjawab, Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang meneror penduduk Madinah berarti ia telah menakut-nakuti sesuatu yang berada di antara kedua rusukku (hatiku).”
“Jangankan perilaku teror, dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ melarang menakut-nakuti saudaranya walaupun tujuannya adalah sekadar bercanda.” (HR Tirmidzi No. 2160 dan Abu Daud No. 5003).