Din Syamsuddin: Jangan Lupakan Sejarah, Jangan Lupakan Jasa Ulama
Jakarta (SI Online) – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin menyatakan dalam proses kemerdekaan Indonesia terdapat banyak jasa dari para ulama. Karena itu generasi saat ini diminta untuk tidak melupakan sejarah dan jasa para ulama.
“Kita umat Islam seharusnya tidak melupakan sejarah, sebagaimana pesan Bung Karno Jas Merah, jangan lupakan sejarah, dan jangan melupakan jasa para ulama juga,” kata Din dalam Webinar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (31/8/2022).
Dalam Webinar yang digelar Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dengan tema “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang 1 Abad” itu, Din menyampaikan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 yang juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H.
Din mengungkapkan, penetapan Jumat, 17 Agustus 1945 sebagai hari proklamasi merupakan usulan dari Kiai Abdul Mukti, seorang tokoh Muhammadiyah asal Madiun. Kiai Mukti juga merupakan bagian dari Pimpinan Pusat Masyumi di Jakarta pada 1943-1944.
“Ternyata yang mengusulkan proklamasi itu Kiai Muhammadiyah, tolong UMS kaji sejarah beliau, Kiai Abdul Mukti,” ujar Din.
Sebagai informasi, seperti ditulis sejarahwan Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya “Api Sejarah 2”, KH. Abdoel Moekti adalah pimpinan Persjarikatan Moehammadijah Madiun. Dari KH. Abdoel Moekti, Bung Karno mendapatkan kepastian waktu yang baik untuk Proklamasi pada 17 Agustus 1945, yakni Jumat Legi, 9 Ramadhan 1364 H. Menurut Kiai Abdoel Moekti, apabila tidak diproklamasikan pada tanggal tersebut, bangsa ini hanya akan menemui hari yang demikian bahagia itu pada 300 tahun yang akan datang.
“Pendiri Alkhairaat bernama Al-Habib Idrus bin Salim Al Jufri atau dikenal dengan Guru Tua yang berasal dari Sulawesi Tengah itu juga salah satu pengusul warna bendera Indonesia merah dan putih,” terangnya.
Selanjutnya. Din mengatakan bahwa Penentuan lambang negara burung Garuda juga tidak luput dari peran ulama, Syarif Abdul Hamid Alkadrie atau dikenal dengan Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak. Dia ditunjuk Soekarno menjadi ketua dalam perumusan lambang negara Indonesia.
“Intinya negara ini tidak lepas dari jasa 73 sultan Islam. Dari ujung Aceh hingga Tidore, dengan sukarela bersatu demi kemerdekaan Republik Indonesia,” ungkap mantan Ketua Umum MUI itu.
red: a.syakira