Rusia Disebut Berusaha Hapus Eksistensi Muslim Krimea
Jakarta (SI Online) – Tokoh Muslim Tatar Krimea, Mustafa Dzhemilev menyatakan, Krimea pada awalnya adalah rumah bagi Muslim Tatar. Namun, pada abad ke-17, Rusia yang saat itu masih berbentuk kerajaan, melakukan aneksasi wilayah Krimea dan perlahan-lahan mengusir warga Tatar dari wilayah yang terletak di sisi di Laut Hitam itu.
Di kantor Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta, Dzhemilev menyatakan, masa paling kelam bagi warga Tatar adalah pasca Perang Dunia II, di mana saat itu Uni Soviet menerapkan kebijakan yang sangat keras terhadap Muslim Tatar.
“Kami dahulu pernah memiliki negara, tapi pada 1978 diduduki oleh Rusia. Tatar dibersihkan hingga populasi kami hanya 19 persen dari warga Krimea. Pada masa Uni Soviet (Rusia) lebih keras, pada tahun 1944 banyak warga Krimea yang dideportasi keluarga negeri dan Rusia banyak membawa warganya ke Krimea,” kata Dzhamilev, Selasa 14 Agustus 2018.
“Kami kehilangan hampir 40 persen dari warga kami. Setelah diusir, warga kami berusaha untuk kembali ke Krimea. Kebijakan kami saat ini adalah kebijakan tanpa kekerasan untuk dapat kembali ke Krimea,” sambungnya.
Namun, Dzhemilev menuturkan, walaupun berusaha kembali secara damai, Rusia tetap menanggapi keras kemauan warga Tatar Krimea. Menurutnya, tidak sedikit yang dipenjara hanya karena ingin kembali ke rumah, termasuk dirinya.
“Tatar sempat mendapatkan haknya kembali saat Ukraina menyatakan kemerdekaan. Tapi, tidak semua bisa kembali, masih banyak yang tinggal di Kazakstan, Uzbekistan dan negara lainnya. Sebelum pendudukan kedua oleh Rusia pada tahun 2014, warga Tatar berjumlah 13 persen dari total penduduk Ukraina,” sambungnya.
Saat ini, papar Dzhemilev, warga Tatar diawasi dengan ketat oleh dinas intelijen Rusia. Di Krimea, warga Tatar terus mendapat tekanan karena menolak pendudukan Rusia. “Kami tepaksa pergi lagi karena tekanan tersebut,” tukasnya.
sumber: sindonews.com