Trauma Hambat Tindakan Medis Korban Gempa Lombok
Lombok (SI Online) – Wajah Haini (50 tahun) tersenyum usai mendapatkan perawatan gips dari dokter spesialis orthopedhi yang juga Ketua Majelis Pertimbangan Anggota (MPA) Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) dr Basuki Supartono.
Wajah meringis kesakitannya hilang usai mendapat perawatan dari dokter Basuki yang juga baru tiba dari Jakarta. Basuki menyebut Rumah Sakit Lapangan (RSL) BSMI yang berdiri di Desa Pemenang Timur, Lombok Utara sudah melayani ribuan pasien baik rawat jalan maupun rawat inap.
Kasus pasien tulang, ujar Basuki, masih menjadi permasalahan tersendiri pada korban gempa NTB. Basuki menyebut, pasien patah tulang justru ditemukan oleh relawan BSMI setelah menyisir tenda-tenda pengungsian sampai ke daerah bukit. “Jadi medan evakuasi cukup berat terutama yang ada di bukit. Setiap hari relawan kita menyisir daerah-daerah yang sulit,” papar Basuki di Lombok Utara, Rabu (15/8).
Ia menyebut setidaknya ada empat kendala yang sering diungkapkan korban gempa di NTB terkait kesehatan. Pertama pasien enggan meninggalkan keluarga yang juga sama-sama di pengungsian. Hadirnya RS Lapangan BSMI, papar Basuki, cukup membantu pengungsi karena hanya berjarak lima puluh meter dari pengungsian.
Kedua, trauma korban terhadap bangunan termasuk bangunan rumah sakit. Para korban ini, ujar Basuki, lebih nyaman berada di tenda-tenda pengungsian karena trauma dan khawatir adanya gempa susulan. Ketiga, pada kasus pasien tulang banyak yang takut untuk dilakukan tindakan operasi. Terakhir, para korban takut dengan biaya tindakan medis terutama operasi.
“Kami sudah memberikan pemahaman jika tindakan medis di RS Lapangan semuanya gratis dan harusnya tindakan operasi bagi pasien kasus tulang,” ungkap Basuki.
Basuki juga menyebut, RS Lapangan BSMI akan segera dilengkapi ruang tindakan operasi dengan tenda dari BNPB. Ia menargetkan dalam dua hari ruang operasi bisa melengkapi ruang IGD, rawat inap dan poli rawat jalan dokter umum dan spesialis yang sudah berjalan.
red: adhila