Tiga Kali Tuntutan Aksi Bela Rakyat Tak Dipenuhi, GNPR akan Gelar Aksi 411
Jakarta (SI Online) – Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) akan kembali menggelar Aksi Bela Rakyat (Akbar) keempat (Aksi 411) pada Jumat 4 November 2022 mendatang.
Pimpinan GNPR Habib Muhammad Alatas mengatakan, aksi tersebut digelar sebagai komitmen untuk terus membela rakyat.
“Pada 4 November 2022 kami akan melakukan Aksi Bela Rakyat ke-4,” kata Habib Muhammad dalam konferensi pers di Aula Masjid Baiturrahman, Jalan Dokter Saharjo, Jakarta Selatan, Selasa malam (25/10/2022)
Menurutnya, kegiatan tersebut digelar karena pada aksi-aksi sebelumnya pihak pemerintah tidak memenuhi tuntutan aksi.
“Setelah GNPR melakukan beberapa kali aksi yaitu Aksi Bela Rakyat satu, dua dan tiga. Akan tetapi tuntutan aksi tidak dipenuhi sehingga Presidium GNPR setelah musyawarah memutuskan untuk mengajak dan mengundang untuk menghadiri Aksi Bela Rakyat ke-4,” jelas Habib Muhammad.
Ia menambahkan, untuk tema kegiatan aksi adalah untuk meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mundur dari jabatannya. “Meminta Jokowi mundur sesuai UUD 1945 dan kebebasan berpendapat,” jelasnya.
Ketua Umum Front Persaudaraan Islam (FPI) itu mengatakan, aksi akan digelar pada hari Jumat dan berlokasi di depan istana negara.
“Acara diawali dengan shalat Jumat di masjid Istiqlal kemudian longmarch menuju istana,” kata Habib Muhammad.
Seperti diketahui, sejak pemerintahan mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, berbagai lapisan masyarakat melakukan aksi turun ke jalan. Mereka menyatakan aspirasi yang tak jauh berbeda yaitu menolak kenaikan harga BBM.
GNPR sendiri sudah melakukan aksi sebanyak tiga kali dengan tuntutan yang sama, yaitu Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang isinya antara lain; turunkan harga BBM, turunkan harga-harga, dan tegakkan supremasi hukum.
Dalam konferensi pers tersebut, selain Habib Muhammad hadir pula sejumlah tokoh antara lain Ketua Umum GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak, Ketua Umum PA 212 KH Abdul Qohar, Mantan Penasihat KPK Abdullah Hehamahua, aktivis senior Marwan Batubara dan lainnya.
red: adhila