HNW: Maulid Nabi Momen Suarakan Pembebasan Palestina
Jakarta (SI Online) – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengingatkan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw yang diinisiasi oleh Sultan Shalahudin al-Ayyubi memiliki kaitan yang sangat erat dengan perjuangan pembebasan Palestina dan Masjid Al Aqsha.
Oleh karenanya, menjadi sangat wajar dalam masa peringatan Maulid Nabi, saat MPR RI menggelar Konferensi Internasional Pimpinan MPR, Majlis Syura dan Lembaga Parlemen sejenis dari parlemen-parlemen Negara OKI, di Bandung, 24-26 Oktober 2022, bila spirit membela Palestina menjadi salah satu materi yang dikedepankan.
Soal Palestina itu disampaikan oleh berbagai delegasi dari Parlemen Turki, Irak, Maroko, Iran, Aljazair, Saudi Arabia, Bahrain, Pakistan, Palestina dan Indonesia, sehingga menjadi salah satu butir yang disepakati menjadi bagian dari keputusan forum yg dituangkan dalam Deklarasi Bandung.
HNW -sapaan akrabnya- menjelaskan hal tersebut saat menyampaikan sambutan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw yang diselenggarakan oleh DPD PKS Jakarta Selatan, di Jakarta, Sabtu (29/10).
Dalam peringatan tersebut, selain dihadiri pimpinan PKS di Jakarta Selatan, juga hadir para habaib, kiai, ustaz, dan ustauzah dan tokoh masyarakat se-Jakarta Selatan.
HNW menuturkan, gagasan awal peringatan Maulid adalah antara lain mencintai Rasulullah dan meneladani suksesnya sebagai teladan pemersatu umat yang memenangkan perjuangan umat, yang kemudian dikorelasikan dengan perjuangan untuk membebaskan Masjid Al Aqsha (Palestina).
“Sejarah Maulid Nabi ini sangat terkait dengan Palestina. Dan kini semakin relevan memperhatikan perkembangan penjajahan Israel terhadap Palestina yang semakin brutal dan meluas serta tidak mengindahkan resolusi-resolusi PBB,” jelasnya.
Dalam konteks Indonesia dan dunia internasional, lanjutnya, spirit ini sudah ada sejak Presiden pertama RI Ir. Soekarno. Sejak awal sikap Bung Karno sangat jelas mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, seperti menolak kehadiran Israel dalam Konferensi Asia dan Afrika dengan mengundang pimpinan Palestina yaitu Sayyid Amin al-Husaini, Mufti Jerusalem dan Imam Masjid Al Aqsha.
“Padahal saat itu Israel sangat berharap untuk diundang, tetapi justru Bung Karno mengundang mufti dari Palestina,” tukasnya.
HNW melanjutkan bahkan dalam dunia olahraga, Bung Karno juga tetap menegaskan sikapnya, mendukung Palestina dan menolak penjajahan Israel. Misalnya, ketika Indonesia yang hampir masuk ke Piala Dunia 1958 menolak bertanding melawan Israel.
“Ini bukan hanya sekadar masalah olahraga, tetapi juga masalah konsistensi terhadap Pembukaan UUD 45 bahwa penjajahan harus diakhiri dan ditolak, dan perjuangan kemerdekaan Palestina harus didukung,” jelasnya.