Anies Distigma Pelaku Politik Identitas, Gus Choi NasDem: Itu Ahistoris, Tidak Faktual, dan Framing
Jakarta (SI Online) – Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie meluruskan adanya stigma yang menyebutkan bahwa Anies Baswedan menggunakan politik identitas dalam kemenangannya di Pilkada DKI Jakarta pada 2017 silam.
Menurut Gus Choi-sapaan akrabnya-, penyebab adanya politik identitas pada Pilkada 2017 itu bukanlah Anies, melainkan karena dipicu oleh pernyataan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menistakan Al-Qur’an.
“Lahirnya Pemilu Jakarta yang seperti itu sebetulnya faktor utamanya bukan Anies, tapi Ahok. Orang Kristen, China mengutip ayat Al-Qur’an. Berangkatnya dari situ yang menafsirkan ayat semaunya, di sini sebetulnya titik tolaknya,” kata Gus Choi dalam “Indonesia Lawyers Club” yang ditayangkan melalui Youtube, Kamis 17 November 2022.
Baca juga: Ramai-Ramai Menjegal Anies dengan Politik Identitas
Mantan politisi PKB itu menyempaikan pernyataan tersebut sebagai jawaban dari pernyataan pendukung Jokowi-Ahok, Boni Hargens, yang menuduh Anies menggunakan politik identitas di Pilgub 2017.
Gus Choi melanjutkan, pernyataan Ahok tentang Surat Al Maidah itulah yang kemudian memicu reaksi dari umat Islam yang merasa tersinggung atas ucapannya.
Namun lawan politik Anies menuding bahwa saat itu reaksi yang timbul dari pernyataan Ahok dianggap sebagai politik identitas yang dialamatkan pada Anies.
Baca juga: MS Kaban: Narasi Politik Identitas Itu Menyesatkan
“Kemudian ada reaksi dari aksi Ahok. Kemudian ada reaksi yang berbau agama itu kemudian dijadikan satu framing seolah ini politik identitas dan dialamatkan kepada Anies. Ini yang harus kita bantah, itu ahistoris. Itu tidak faktual, itu karangan, itu framing,” kata Choirie.
“Jadi faktor utamanya yang menampilkan politik identitas adalah Ahok yang waktu itu kita (NasDem) dukung karena kinerjanya dan segala macam,” akunya.
Menurutnya gerakan aksi massa yang menuntut Ahok diadili atas pernyataannya pada saat itu merupakan gerakan yang wajar. Sebab itu bentuk protes dari masyarakat yang mayoritas beragama Islam.
“Reaksi itu dari mayoritas rakyat di mana Indonesia itu mayoritas muslim, lah kemudian ada berbau-bau agama seperti itu, itu logis. Secara filosofis masuk akal, secara sosiologis tidak bisa dihindarkan, secara yuridis boleh,” ujar Effendy.
red: a.syakira
sumber: viva.co.id